Pemerintah berencana membangun kilang minyak baru milik negara dengan kapasitas 300.000 barel per hari (bph) untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar.
Saat ini Indonesia memiliki kapasitas pengilangan sekitar 1 juta bph, yang memenuhi sekitar duapertiga permintaan, yang berarti negara ini harus mengimpor lebih dari 500.000 bph produk bahan bakar untuk mengisi kekurangannya.
Pemerintah sedang melakukan studi kelayakan yang diharapkan tuntas tahun depan mengenai kilang baru, ujar Yusef Kartiwa Caryana, deputi direktur penyimpanan dan pengembangan bisnis minyak dan gas di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Kilang tersebut, yang akan didanai pemerintah dan dioperasikan oleh Pertamina, kemungkinan akan berlokasi di Jawa Timur atau Sumatera dan mulai beroperasi pada 2021, ujarnya pada acara Singapore International Energy Week.
Minyak mentahnya akan didatangkan dari Irak, ujar Yusef, yang telah memiliki perjanjian pasokan minyak dengan Indonesia.
Indonesia juga mempertimbangkan untuk menaikkan harga-harga bahan bakar tahun depan, meski masih tergantung pada rezim politik, ujarnya.
Pemerintah juga sedang mencari cara untuk mengurangi anggaran subsidi bahan bakar, tambahnya.
Salah satu proposal yang masih didiskusikan Pertamina adalah dengan mengkonversikan lebih banyak kendaraan berbahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas (CNG), ujarnya.
Pertamina berencana membuat 200.000 kendaraan melakukan konversi pada 2018, dari 10.000 kendaraan saat ini.
Cara ini diharapkan mengurangi konsumsi bahan bakar sekitar 4 juta kiloliter, sehingga menghemat sekitar US$3 miliar subsidi bahan bakar, ujar Yusef.
Konsumsi bahan bakar bersubsidi di Indonesia adalah 45,1 juta kiloliter atau sekitar 284 juta barel pada 2012. Dari jumlah ini, 63 persennya adalah bensin, 35 persen solar dan sisanya minyak tanah. (Reuters)
Saat ini Indonesia memiliki kapasitas pengilangan sekitar 1 juta bph, yang memenuhi sekitar duapertiga permintaan, yang berarti negara ini harus mengimpor lebih dari 500.000 bph produk bahan bakar untuk mengisi kekurangannya.
Pemerintah sedang melakukan studi kelayakan yang diharapkan tuntas tahun depan mengenai kilang baru, ujar Yusef Kartiwa Caryana, deputi direktur penyimpanan dan pengembangan bisnis minyak dan gas di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Kilang tersebut, yang akan didanai pemerintah dan dioperasikan oleh Pertamina, kemungkinan akan berlokasi di Jawa Timur atau Sumatera dan mulai beroperasi pada 2021, ujarnya pada acara Singapore International Energy Week.
Minyak mentahnya akan didatangkan dari Irak, ujar Yusef, yang telah memiliki perjanjian pasokan minyak dengan Indonesia.
Indonesia juga mempertimbangkan untuk menaikkan harga-harga bahan bakar tahun depan, meski masih tergantung pada rezim politik, ujarnya.
Pemerintah juga sedang mencari cara untuk mengurangi anggaran subsidi bahan bakar, tambahnya.
Salah satu proposal yang masih didiskusikan Pertamina adalah dengan mengkonversikan lebih banyak kendaraan berbahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas (CNG), ujarnya.
Pertamina berencana membuat 200.000 kendaraan melakukan konversi pada 2018, dari 10.000 kendaraan saat ini.
Cara ini diharapkan mengurangi konsumsi bahan bakar sekitar 4 juta kiloliter, sehingga menghemat sekitar US$3 miliar subsidi bahan bakar, ujar Yusef.
Konsumsi bahan bakar bersubsidi di Indonesia adalah 45,1 juta kiloliter atau sekitar 284 juta barel pada 2012. Dari jumlah ini, 63 persennya adalah bensin, 35 persen solar dan sisanya minyak tanah. (Reuters)