Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengatakan pada Jumat (22/4) Indonesia akan menggelar pertemuan Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana (Global Platform for Disaster Risk Reduction/GPDRR) yang bertema “Dari Risiko Mewujudkan Ketangguhan untuk Semua Perubahan Dunia dari COVID-19.”
"(Dalam pertemuan GPDRR itu) Pemerintah Indonesia akan membagikan pengalaman maupun praktik baik dalam penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana dalam membangun riliensi bangsa. Terlebih Indonesia saat ini memiliki perencanaan jangka panjang dalam upaya pengurangan risiko bencana yang kita kenal dengan Rencana Induk Penanggulangan Bencana 2020-2045," kata Raditya.
Dia menambahkan Indonesia akan mengusulkan lahirnya Deklarasi Bali untuk memperkuat kemitraan menuju ketangguhan berkelanjutan.
Rencana induk itu, lanjut Raditya, berisi penguatan integrasi kebijakan dan strategi pengurangan risiko bencana tingkat global, nasional dan lokal.
Selain itu, tambahnya, ada “kerja sama multipihak” untuk membangun ketangguhan yang berkelanjutan, penguatan perencanaan dan penganggaran pengurangan risiko bencana, inklusifitas semua pihak dalam membangun ketangguhan, dan inovasi serta teknologi pengurangan risiko bencana.
Mami Mizutori, utusan khusus dari kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (the United Nations Office for Disaster Risk Reduction/UNDRR) mengatakan dirinya sangat terkesan dengan penyelenggaraan pertemuan Bank Dunia di Bali tahun lalu. Karena itu, dia menilai merupakan keputusan yang tepat oleh pemerintah Indonesia untuk memilih Bali sebagai tempat konferensi GPDRR.
Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana adalah konferensi internasional paling penting untuk mencegah terjadinya bencana dan melindungi manusia serta lingkungan. GDPRR ini membuktikan bagaimana menjalankan cetak biru ketahanan global yang disebut Kerangka Sendai dan mengatasi tantangan-tantangan tersebut bersama-sama.
Mami menjelaskan Kerangka Sendai diadopsi pada 2015 dan berlaku hingga. Kerangka Sendai sangat penting sehingga juga diadopsi oleh Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) dan Perjanjian Iklim Paris karena dunia belum pernah menghadapi situasi seperti pandemi COVID-19 dan perubahan iklim global.
Partisipasi seluruh lapisan masyarakat, termasuk generasi muda sangat penting dalam upaya pengurangan risiko bencana. Juga dibutuhkan dukungan dari pemimpin di tingkat pusat dan daerah.
Menurut Mami, konferensi GPDRR ini hadir di saat yang tepat karena tidak ada satu pun negara yang bebas dari dampak pandemi COVID-19 dan perubahan iklim global. Hal yang penting adalah kedua bencana tersebut dapat dimitigasi melalui pengurangan risiko bencana.
Mami menyebutkan sudah lebih dari 60 negara berencana mengirim delegasi resmi dalam pertemuan GPDRR itu dan banyak yang akan menghadiri pertemuan tingkat menteri.
Gubernur Bali I Wayan Koster menyatakan Bali siap menggelar GPDRR dan pihaknya sudah mempersiapkan dari sisi teknis serta prasarana dan sarana. Bali, kata Koster, mempunyai pengalaman yang cukup memadai untuk menyelenggarakan pertemuan-pertemuan berskala internasional, seperti Bank Dunia di Bali pada Oktober tahun lalu.
Koster mengatakan kasus harian COVID-19 di Bali juga sudah sangat menurun, dalam kisaran 19-40.
Menurutnya, pertemuan GPDRR itu akan dihadiri sekitar enam ribu peserta. Sebanyak empat ribu peserta akan menghadiri pertemuan itu secara langsung dan dua ribu lainnya secara virtual. Dia menegaskan konferensi GPDRR ini akan dijadikan sebagai momentum untuk kebangkitan industri pariwisata di Bali. [fw/ft]