Presiden Joko Widodo mengatakan Indonesia memberikan bantuan berupa obat-obatan dan peralatan kesehatan senilai Rp30 miliar kepada Palestina dan Sudan. Hal tersebut menunjukkan komitmen Indonesia dalam mendukung upaya kemanusiaan di wilayah tersebut serta memperkuat diplomasi perdamaian melalui tindakan nyata.
“Bantuan yang dikirimkan hari ini senilai kurang lebih Rp30 miliar berupa obat-obatan dan peralatan kesehatan dan juga bantuan lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di lapangan,” ungkap Jokowi di Jakarta, Rabu (3/4).
Jokowi menekankan pemberian bantuan tersebut merupakan komitmen dari pemerintah Indonesia yang ingin selalu menjaga perdamaian dunia, serta terlibat aktif dalam misi-misi kemanusiaan baik akibat perang maupun bencana. Mantan gubernur DKI Jakarta itu juga merasa prihatin atas peristiwa kemanusiaan yang terjadi di Gaza dan konflik internal di Sudan yang telah menelan banyak korban.
“Saya kira, kita pengennya perang segera dihentikan, kalau perang dihentikan artinya bantuan itu juga tidak terus menerus,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan bantuan dari pemerintah kali ini akan dibawa dengan dua pesawat. Bantuan untuk Palestina dibawa ke Kairo, Mesir dan satu pesawat lainnya di bawa ke Pelabuhan Sudan.
Bantuan tersebut disalurkan kepada pemerintah Mesir yang menangani sejumlah pengungsi Palestina yang berada di sana, terutama terkait dengan masalah kesehatan. Retno menjelaskan bahwa pemberian bantuan dalam bentuk obat-obatan dan peralatan kesehatan itu telah disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Hal ini dilakukan karena seringkali bantuan yang diterima di lapangan tidak selaras dengan kebutuhan yang sebenarnya.
“Bantuan melalui darat kalau kita total antara bantuan pemerintah dengan bantuan dari masyarakat dan juga dari NGO, jumlahnya sudah lebih dari 4.400 ton, ini yang melalui darat. Jadi melalui darat itu dari waktu ke waktu kita cek terus, karena kita tahu hampir semua punya kita kayaknya sudah masuk karena kita rapi packingnya, tidak harus di-repack dan sebagainya,” kata Retno.
Dia menjelaskan bahwa banyak negara menghadapi banyak hambatan dalam pengiriman bantuan melalui darat karena seluruh barang yang masuk harus diperiksa terlebih dahulu oleh Israel.
Kedua pesawat yang dipimpin langsung oleh Kepala BNPB Suharyanto ini rencananya akan tiba di Kairo dan Sudan pada 4 April 2024, dan dijadwalkan akan diterima oleh menteri kesehatan masing-masing negara.
Tekankan Dua Aspek
Retno menegaskan Indonesia sangat menekankan pada dua aspek dalam Palestina, yaitu diplomasi untuk perdamaian dan diplomasi yang mengedepankan nilai kemanusiaan. Dengan diplomasi perdamaian, katanya, Indonesia akan senantiasa selalu aktif membantu perjuangan bangsa Palestina. Sementara di saat yang bersamaan, diplomasi kemanusiaan akan terus dijalankan.
“Diplomasi kemanusiaan pada saat negara atau pada saat kita melihat ada korban-korban, baik karena perang maupun karena bencana alam, maka Indonesia selalu mencoba untuk berkontribusi sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh Indonesia,” tuturnya.
Pengamat hubungan onternasional dari Universitas Padjajaran (Unpad) Rizky Ramadhan menilai pemberian bantuan kemanusiaan untuk Palestina merupakan salah satu hal yang konkret bagi Indonesia dalam membantu meringankan penderitaan Palestina.
Namun, di sisi lain Rizky melihat gencarnya bantuan Indonesia tersebut pada akhir-akhir ini juga diduga untuk meyakinkan negara-negara Arab atau dunia Islam bahwa Jakarta masih mempunyai komitmen yang kuat untuk membantu perjuangan rakyat Palestina. Pasalnya, banyak kabar yang menyatakan bahwa Israel berupaya keras agar bisa memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia.
“Karena ada persepsi dari beberapa negara Arab bahwa Indonesia sedang di-approach oleh Israel, jadi saya melihatnya bantuan ini agak gencar untuk meluruskan bahwa kita masih punya komitmen untuk Palestina dan so far saya melihatnya (bantuan ini) yang paling mungkin bisa kita lakukan secara real, selain di usaha di ICJ (Mahkamah Internasional -red) yang kemarin diinisiasi oleh Afrika Selatan,” ungkap Rizky.
Rizky menjelaskan, Indonesia telah menempuh berbagai jalur untuk membantu perjuangan rakyat Palestina, yakni dengan bantuan kemanusiaan dan mengambil peran di ICJ serta berperan sebagai anggota tidak tetap di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).
Ia berpandangan, keputusan Amerika Serikat (AS) untuk abstain dalam pemungutan suara DK PBB yang menghasilkan resolusi gencatan senjata baru-baru ini, dapat dianggap sebagai bagian dari upaya diplomasi informal yang diperjuangkan Indonesia.
“Karena susah sekali (gencatan senjata), selama ada Amerika Serikat yang masih berpotensi untuk memveto, kita juga harus main cantik. Saya nggak tahu ada bargain politik apa, tapi mungkin Indonesia harus gift (memberikan sesuatu) kepada Amerika dengan harapan tolonglah Palestina ini dihentikan konfliknya. Ini gencatan senjata saja bagi saya sudah cukup mahal dalam proses diplomasi ini, karena susah sekali,” pungkasnya. [gi/ah]
Forum