WASHINGTON —
Sebuah survei yang hasilnya diluncurkan Selasa (4/6) menunjukkan bahwa dunia terbagi dalam penerimaan terhadap homoseksualitas, dengan negara-negara di Afrika dan Timur Tengah memperlihatkan penolakan keras, pada saat toleransi tumbuh di Eropa, Amerika Serikat, Kanada dan bagian-bagian Amerika Latin.
Masyarakat di negara-negara yang didominasi Muslim seperti Yordania, Mesir, Indonesia dan Pakistan, berikut Nigeria, Senegal dan negara-negara Afrika lainnya yang mengatakan bahwa pria gay dan lesbian harus ditolak dari masyarakat, menurut survei yang dilakukan oleh Pew Research Center di hampir 40 negara.
Indonesia merupakan salah satu dari negara-negara yang paling tidak toleran terkait perilaku terhadap homoseksualitas, menurut survei tersebut.
“Penerimaan terhadap homoseksualitas terutama menyebar di negara-negara dimana agama kurang menjadi aspek sentral dalam kehidupan warga. Hal ini juga terjadi di antara negara-negara terkaya di dunia,” ujar Pew Research Center dalam rangkuman penemuannya.
“Sebagai kontras, pada negara-negara yang lebih miskin dengan tingkat religiositas yang lebih tinggi, sedikit yang percaya bahwa homoseksualitas harus diterima masyarakat.”
Studi “Pembagian Global Mengenai Homoseksualitas” menyurvei 37.653 orang di 39 negara. Studi ini menemukan bahwa Indonesia sangat menolak homoseksualitas dengan 93 persen mengatakan bahwa gay tidak seharusnya diterima.
Meski negara-negara mayoritas Muslim sangat menolak homoseksualitas, Indonesia lebih resisten terhadap hubungan sesama jenis dibandingkan Malaysia dan Pakistan – dua negara yang melarang praktik sesama jenis lewat undang-undang.
Survei ini dilakukan lewat wawancara dengan 1.000 orang dewasa Indonesia, dengan margin kesalahan 4 persen. Selain itu, perilaku tampak tidak berubah di Indonesia. Hanya 3 persen orang Indonesia yang mengklaim mendukung hak-hak kelompok gay dalam survei Pew sebelumnya pada 2007.
Sementara itu, 16 persen warga Rusia dan 21 persen warga China mengaku mendukung homoseksualitas.
Salah satu indikator utama toleransi terhadap gay adalah pernikahan sesama jenis, yang sekarang legal di 13 negara, termasuk Perancis, Argentina dan Afrika Selatan, maupun beberapa bagian Amerika Serikat dan Meksiko. Namun sentimen anti-gay tetap ada di banyak bagian dunia.
Di Nigeria, di mana praktik sodomi mendapat hukuman penjara, Dewan Perwakilan Rakyatnya mengesahkan undang-undang bulan lalu yang mengkriminalisasi pernikahan gay, hubungan cinta sesama jenis dan bahkan keanggotaan kelompok hak-hak gay.
Pada Selasa, Presien Rusia Vladimir Putin mengatakan pasangan sesama jenis harus dilarang melakukan adopsi, dengan mengatakan bahwa ia akan mendukung undang-undang yang hanya memperbolehkan keluarga “tradisional” mengadopsi anak-anak Rusia.
Dalam survei Pew, usia dan gender juga merupakan faktor-faktor penting dalam perilaku responden, dengan perempuan dan orang dewasa muda lebih toleran terhadap homoseksualitas.
Bahkan di negara-negara seperti Perancis dan Amerika Serikat, tempat sebagian besar laki-laki dan perempuan mendukung hak gay, perempuan lebih menerima dengan perbedaan sedikitnya 10 persen, menurut jajak pendapat yang diadakan antara Maret dan Mei tersebut. (Jakarta Globe/Reuters)
Masyarakat di negara-negara yang didominasi Muslim seperti Yordania, Mesir, Indonesia dan Pakistan, berikut Nigeria, Senegal dan negara-negara Afrika lainnya yang mengatakan bahwa pria gay dan lesbian harus ditolak dari masyarakat, menurut survei yang dilakukan oleh Pew Research Center di hampir 40 negara.
Indonesia merupakan salah satu dari negara-negara yang paling tidak toleran terkait perilaku terhadap homoseksualitas, menurut survei tersebut.
“Penerimaan terhadap homoseksualitas terutama menyebar di negara-negara dimana agama kurang menjadi aspek sentral dalam kehidupan warga. Hal ini juga terjadi di antara negara-negara terkaya di dunia,” ujar Pew Research Center dalam rangkuman penemuannya.
“Sebagai kontras, pada negara-negara yang lebih miskin dengan tingkat religiositas yang lebih tinggi, sedikit yang percaya bahwa homoseksualitas harus diterima masyarakat.”
Studi “Pembagian Global Mengenai Homoseksualitas” menyurvei 37.653 orang di 39 negara. Studi ini menemukan bahwa Indonesia sangat menolak homoseksualitas dengan 93 persen mengatakan bahwa gay tidak seharusnya diterima.
Meski negara-negara mayoritas Muslim sangat menolak homoseksualitas, Indonesia lebih resisten terhadap hubungan sesama jenis dibandingkan Malaysia dan Pakistan – dua negara yang melarang praktik sesama jenis lewat undang-undang.
Survei ini dilakukan lewat wawancara dengan 1.000 orang dewasa Indonesia, dengan margin kesalahan 4 persen. Selain itu, perilaku tampak tidak berubah di Indonesia. Hanya 3 persen orang Indonesia yang mengklaim mendukung hak-hak kelompok gay dalam survei Pew sebelumnya pada 2007.
Sementara itu, 16 persen warga Rusia dan 21 persen warga China mengaku mendukung homoseksualitas.
Salah satu indikator utama toleransi terhadap gay adalah pernikahan sesama jenis, yang sekarang legal di 13 negara, termasuk Perancis, Argentina dan Afrika Selatan, maupun beberapa bagian Amerika Serikat dan Meksiko. Namun sentimen anti-gay tetap ada di banyak bagian dunia.
Di Nigeria, di mana praktik sodomi mendapat hukuman penjara, Dewan Perwakilan Rakyatnya mengesahkan undang-undang bulan lalu yang mengkriminalisasi pernikahan gay, hubungan cinta sesama jenis dan bahkan keanggotaan kelompok hak-hak gay.
Pada Selasa, Presien Rusia Vladimir Putin mengatakan pasangan sesama jenis harus dilarang melakukan adopsi, dengan mengatakan bahwa ia akan mendukung undang-undang yang hanya memperbolehkan keluarga “tradisional” mengadopsi anak-anak Rusia.
Dalam survei Pew, usia dan gender juga merupakan faktor-faktor penting dalam perilaku responden, dengan perempuan dan orang dewasa muda lebih toleran terhadap homoseksualitas.
Bahkan di negara-negara seperti Perancis dan Amerika Serikat, tempat sebagian besar laki-laki dan perempuan mendukung hak gay, perempuan lebih menerima dengan perbedaan sedikitnya 10 persen, menurut jajak pendapat yang diadakan antara Maret dan Mei tersebut. (Jakarta Globe/Reuters)