Indonesia bersiap menanamkan sedikitnya US$300 juta ke dalam sebuah bank infrastruktur syariah baru yang akan didirikan oleh Turki dan peminjam multilateral berbasis di Arab Saudi, menurut Menteri Keuangan, Selasa (26/5).
Ide mengenai bank tersebut muncul saat negara-negara Asia berupaya mendongkrak dana pinjaman antar-negara bagi pembangunan infrastruktur, di mana China memimpin dengan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB).
Meningkatkan infrastruktur Indonesia merupakan salah satu prioritas Presiden Joko Widodo. Dalam anggaran negara pertamanya bulan Februari, Presiden mengalokasikan Rp 290 triliun untuk belanja modal.
“Ini akan seperti bank infrastruktur, tapi dengan pendekatan syariah, dengan Indonesia, Turki dan Bank Pembangunan Islamis (IDB) sebagai anggota pendiri,” ujar Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro kepada wartawan.
Baik Indonesia dan Turki telah sepakat untuk menyetor sedikitnya $300 juta di bank tersebut. Tidak jelas berapa banyak kontribusi IDB.
Wakil Perdana Menteri Turki Ali Babacan mengatakan bank tersebut akan menjadi “megabank,” menurut laporan kantor berita resmi Anadolu Agency minggu lalu.
Pemerintah Indonesia telah mengatakan butuh $455 miliar selama masa jabatan lima tahun Presiden untuk memperbaiki fasilitas-fasilitas yang usang, dan para peminjam multilateral telah menawarkan lebih banyak dana untuk negara ini.
Dalam sebuah kunjungan ke Jakarta minggu lalu, Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim menawarkan pembiayaan baru sampai $12 miliar sampai 2019.
Indonesia juga berencana membentuk bank infrastruktur milik pemerintah yang terpisah, dan ingin memainkan peran lebih besar di AIIB, yang diharapkan akan menyediakan dana-dana besar.
Presiden IDB, Ahmad Mohamed Ali kepada kantor berita Reuters mengatakan AIIB juga sedang membahas penggunaan pembiayaan syariah sebagai bagian dari skema-skema peminjamannya dengan IDB.