Isu Palestina kembali menjadi menjadi sorotan akhir-akhir ini setelah Presiden Donald Trump dalam pidato kenegaraan pertamanya di hadapan Kongres Amerika Selasa malam (30/1) mengatakan akan tetap bersikukuh dengan sikapnya mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel dan mengkritisi sebagian besar negara di Majelis Umum PBB yang mengecam kebijakannya itu.
Dengan tegas Trump menyerukan Kongres untuk mengeluarkan semacam legislasi guna membatasi anggaran yang diperuntukkan bagi bantuan luar negeri, yang menurut Trump sedianya hanya diberikan kepada negara-negara “sahabat Amerika.”
Pernyataan ini hanya berselang beberapa hari setelah pemerintah Amerika memangkas anggaran bagi badan PBB yang mengurusi pengungsi Palestina UNRWA. Jika sebelumnya Amerika memberikan sekitar 360 juta dolar, maka tahun ini Amerika hanya akan mengeluarkan 60 juta dolar saja bagi UNRWA.
Sebelumnya di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Trump mengecam sikap otorita Palestina yang tidak bersedia menemui Wakil Presiden Mike Pence dan secara terang-terangan menyatakan tidak lagi menilai Amerika bisa menjadi mediator perdamaian yang jujur dan dapat dipercaya dalam konflik Isral-Palestina, pasca kebijakan mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel Desember lalu.
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang bersuara paling keras menentang pengakuan itu dan menyampaikan kekhawatirannya bahwa kebijakan itu akan memperumit upaya mencapai perdamaian di kawasan itu. Namun Indonesia yakin, meskipun mendukung resolusi PBB yang menentang pengakuan sepihak Amerika atas Yerusalem dan menjadikan isu Palestina sebagai salah satu sasaran utama kebijakan luar negeri Indonesia, hal itu tidak akan mempengaruhi hubungannya dengan Amerika.
Hal ini disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanatha Nasir di Jakarta Rabu (1/2) siang. Ia mencontohkan komunikasi intensif antara Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dengan sejumlah pejabat Amerika; antara lain pembicaraan telepon dengan Menteri Luar Negeri Amerika Rex Tillerson dan pertemuan langsung dengan Menteri Pertahanan Jim Mattis ketika pekan lalu melawat ke Jakarta.
"Jadi kita tidak pernah (mengubah posisi). Mau orang mengancam apapun, posisi kita selalu itu dan itu diketahui sama seluruh negara anggota PBB. Kita siap mendukung, kita siap berkomunikasi, kita siap bernegosiasi, tapi posisi kita adalah itu, mencari jalan keluar dari isu Palestina dengan solusi dua negara," tandas Arrmanatha.
Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran, Bandung Teuku Reza Syah mengatakan sikap Trump justru akan mempersulit diplomasi Amerika Serikat sendiri dan menurunkan kredibilitas Amerika di mata dunia. Namun sebagaimana Arrmanatha tadi, Reza Syah yakin hubungan Indonesia dan Amerika akan baik-baik saja.
"Amerika akan sungkan menekan Indonesia karena hubungan bilateral kita sudah sangat panjang jauh sebelum Trump menjadi presiden. Hubungan kita lapisannya banyak sekali dan kita kan juga punya stategi partnership dengan Amerika Serikat. Saya yakin Amerika akan memperlunak sikapnya atas Indonesia karena investasi Amerika besar, manfaat bagi Amerika juga besar dan tentunya Amerika tidak mau hubungan itu memburuk saat ini sehingga mempersulit hubungan jangka panjang," ujar Reza.
Dalam sidang Majelis Umum PBB di New York akhir tahun lalu, 128 negara mendukung resolusi menolak pengakuan Amerika terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan menyerukan Trump untuk segera menarik pengakuan soal Yerusalem itu. Sembilan negara menolak resolusi itu dan 35 lainnya abstain.
Di antara negara-negara yang mendukung resolusi itu adalah India, Rusia, dan Cina; tiga negara yang baru-baru ini dianggap sebagai sekutu oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Pertemuan darurat Majelis Umum PBB ini dilakukan setelah rancangan resolusi itu diveto Amerika di tingkat sidang Dewan Keamanan PBB beberapa hari sebelumnya.
Mekanisme di PBB ini ditempuh setelah Trump di awal Desember lalu mendeklarasikan pengakuan atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Presiden dari Partai Republik ini juga menyatakan akan memindahkan Kedutaan Besar Amerika dari Tel Aviv ke kota suci bagi tiga agama tersebut. [fw/em]