Tautan-tautan Akses

Infeksi Bakteri Kebal Obat di 22 Negara Miskin Terus Meningkat


Gambar mikroskop bakteri staphylococcus aureus (MRSA, warna coklat) yang kebal terhadap antibiotik (foto: ilustrasi).
Gambar mikroskop bakteri staphylococcus aureus (MRSA, warna coklat) yang kebal terhadap antibiotik (foto: ilustrasi).

Data baru jumlah infeksi bakteri yang kebal terhadap antibiotik di 22 negara dengan pendapatan rendah, meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meneliti satu setengah juta orang diduga terjangkit bakteri antara Maret 2016 sampai Juli 2017.

Penelitian yang pertama sangat penting dalam memperbaiki dan memahami sejauh mana kekebalan antimikroba di dunia. Juru bicara WHO, Christian Lindmeier mengatakan kepada VOA, temuan itu meningkatkan kekhawatiran.

"Data yang diberikan oleh negara-negara ini menunjukkan bahwa beberapa jenis bakteri yang paling umum, bakteri yang dilaporkan kebal terhadap obat, kekebalannya kadang-kadang sampai 65 bahkan 82 persen, tergantung pada bakteri itu. Dan, itu benar-benar data yang mengkhawatirkan," kata Lindmeier.

Bakteri paling kebal sering dilaporkan meliputi infeksi bakteri e-coli, pneumonia dan salmonella. WHO mendorong semua negara untuk menyiapkan sistem pengawasan yang baik untuk mendeteksi kekebalan terhadap obat. Ini, katanya, akan memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengatasi apa yang mereka sebut salah satu ancaman terbesar terhadap kesehatan masyarakat dunia itu.

Baca juga: Peningkatan Resistansi Antibiotik Ancam Kesehatan Masyarakat Dunia

Jika kekebalan terhadap obat tidak berhasil ditangani, Lindmeier memperingatkan, dunia dapat kembali ke hari-hari berbahaya seperti sebelum penisilin ditemukan.

Jumlah Infeksi Bakteri yang Kebal Meningkat
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:42 0:00

"Infeksi sederhana, seperti luka bakar dan operasi kecil, tiba-tiba bisa berubah menjadi situasi yang paling berbahaya dan mengancam jiwa karena infeksi kemudian akan terbukti kebal terhadap obat. Pengobatan kanker misalnya akan menjadi tantangan besar bagi penderita kanker, karena sistem kekebalan tubuh yang sudah rendah, tidak bisa lagi diperkuat dengan antibiotik. Setiap infeksi akan menimbulkan risiko tambahan," imbuh Lindmeier.

Lindmeier mengatakan, beberapa negara menanggapi peringatan ini dengan serius. Misalnya, ia mencatat bahwa Kenya meningkatkan sistem ketahanan antimikroba nasionalnya, Tunisia sekarang mengumpulkan data kekebalan obat nasional, dan Korea memperkuat sistem pengawasannya. [ps/lt]

XS
SM
MD
LG