Di Amerika, ada data yang cukup mengganggu yaitu setiap tahun dua juta orang tertular infeksi bakteri yang sulit atau tidak mungkin diobati dengan antibiotik. Dari jumlah itu, 23 ribu orang meninggal. Dokter-dokter yang menghadiri konferensi di Berlin, Jerman, memperingatkan situasi tersebut akan memburuk.
Setiap kali kita menggunakan sabun anti-bakteri, atau meminum antibiotik untuk melawan infeksi, ada sebagian bakteri yang bertahan hidup.
Dan pejabat-pejabat medis di Konferensi Berlin memperingatkan, bakteri yang bertahan hidup itu mengarahkan kita ke situasi bencana pasca-antibiotika.
Dame Sally Davies, pejabat medis di Inggris menjelaskan, "Kalau situasi itu dibiarkan sehingga muncul bakteri yang kebal obat, disebut superbug, maka obat-obat modern tidak akan ampuh lagi. Itulah bencana pasca infeksi. Mengapa saya menyebut demikian? Kita tidak hanya membutuhkan antibiotik dalam kehidupan sehari-hari untuk mengobati infeksi bakteri, tetapi sebenarnya banyak orang rentan infeksi karena pengobatan yang dijalani, seperti pengobatan untuk kanker atau transplantasi. Ada pengidap diabetes yang menjadi lebih rentan infeksi. Jadi, keampuhan obat akan menurun untuk mengobati pasien."
Dalam dunia pasca antibiotik, pejabat-pejabat medis itu meramalkan, setiap prosedur invasif menjadi lebih berbahaya, mulai dari operasi kritis hingga operasi yang umum dilakukan pada pasien rawat jalan.
"Bayangkan operasi yang umum, operasi caesar, penggantian pinggul, akan menjadi jauh lebih berisiko jika kita tidak memiliki antibiotik yang ampuh. Superbug mematikan dan keberadaan mereka terus meningkat," tambah Davies.
Itu sebabnya para pejabat medis mendesak negara-negara agar tidak hanya mengurangi penggunaan antibiotik, tetapi juga mempersiapkan yang terburuk dengan rencana aksi nasional, yang dirancang untuk menghadapi masa ketika antibiotik tidak lagi ampuh.
Ed Whiting pada Wellcome Trust, organisasi amal penelitian biomedika yang berbasis di Inggris mengatakan, "Kita perlu melakukan kerja nyata guna memastikan penggunaan antibiotik hanya dilakukan kalau betul-betul di butuhkan, kita perlu memikirkan cara menyediakan antibiotik bagi orang-orang yang sangat membutuhkan, menyadari bahwa di banyak negara miskin, orang tidak memiliki akses ke antibiotik yang sama seperti di negara-negara yang lebih kaya, dan antibotik itu juga membunuh ratusan ribu orang setiap tahun. Jadi, kita perlu mengupayakan akses dan pengelolaan yang lebih baik."
Masalah dan keprihatinan yang muncul dalam konferensi itu adalah antibiotik menjadi begitu umum sehingga benar-benar digunakan untuk berbagai tujuan yang tidak tepat.
Peneliti pada konferensi itu mengungkap cara baru memetakan penyebaran bakteri yang kebal obat.
Mereka memperkirakan, setiap tahun 700 ribu orang di seluruh dunia meninggal akibat infeksi bakteri yang kebal obat. Dan jumlah itu akan naik menjadi 10 juta per tahun menjelang tahun 2050. [ka/ds]