Tautan-tautan Akses

Inggris dan Uni Eropa Belum Sepakat Soal Perdagangan


Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memaparkan sikap pemerintah dalam negosiasi dengan Uni Eropa setelah Brexit, di Old Naval College, Greenwich, London, 3 Februari 2020.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memaparkan sikap pemerintah dalam negosiasi dengan Uni Eropa setelah Brexit, di Old Naval College, Greenwich, London, 3 Februari 2020.

Inggris dan Uni Eropa mengambil posisi garis keras, Senin (3/2/2020), dalam usaha mencapai kesepakatan perdagangan pasca Brexit. Keduanya tampak siap untuk tidak mencapai persetujuan dari pada berkompromi atas isu-isu utama.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan “Inggris ingin sebuah persetujuan perdagangan bebas, tetapi yang tidak disertai kerugian yang harus diderita Inggris,” tiga hari setelah Inggris meninggalkan blok itu.

“Saya tidak melihat perlunya Inggris mengikat dirinya pada sebuah persetujuan dengan Uni Eropa,” katanya. Johnson menegaskan, Inggris akan “memulihkan kedaulatan sepenuhnya” atas perbatasan, peraturan, dan ekonominya.

Perunding utama Uni Eropa Michel Barnier mengatakan negara-negara Uni Eropa tidak akan setuju dengan sebuah persetujuan perdagangan dengan Inggris sekedar untuk menghindari sebuah kondisi “tanpa persetujuan” pada awal 2021, ketika masa transisi pasca Brexit berakhir.

“Kami ingin perdagangan bebas, tetapi kami juga tidak naif,” kata Barnier.

“Kalau yang diminta adalah akses luas ke pasar dengan 450 juta konsumen Eropa, tarif nol, kuota nol, itu tidak akan terjadi tanpa disertai syarat apa-apa, atau dalam kondisi apapun.” [jm/pp]

XS
SM
MD
LG