“Apa yang akan terjadi berikut?,” adalah pertanyaan ada pada halaman depan harian Daily Mirror, Inggris, Sabtu (25/6). Tabloid Inggris itu bukan satu-satunya yang mengajukan pertanyaan mengenai langkah apa selanjutnya yang akan diambil oleh Inggris dan Eropa, demikian juga para pemimpin benua itu, yang sekarang berselisih mengenai apa yang harus dilakukan.
Sementara para pemimpin benua itu memikirkan konsekuensi yang meluas referendum Brexit, referendum telah membuat pasar saham jatuh, kurs mata uang merosot, runtuhnya partai-partai politik dan meningkatnya perselisihan di London dan ibukota negara-negara Eropa lain. Sebagian perselisihan itu didorong oleh kecemasan dan ketidaksenangan. Beberapa pejabat Uni Eropa menuding Inggris telah melompat dari tebing yang tinggi dan menyeret Eropa sesaat sebelum melompat.
Ketakutan meluas mengenai apakah negara-negara anggota lainnya juga akan keluar dari Uni Eropa dan beberapa pemimpin Eropa ingin menghukum Inggris sebagai contoh bagi negara lain yang mungkin mempertimbangkan akan keluar.
Lebih dari dua juta warga Inggris yang tinggal dan bekerja atau pensiun di negara-negara lain Uni Eropa, sekarang ingin segera mengetahui apa yang akan terjadi terhadap mereka. Apakah mereka akan diizinkan tinggal atau apakah mereka akan kehilangan mata pencaharian dan rumah mereka ?
Ketidakpastian juga menghantui lebih dari dua juta warga Uni Eropa yang tinggal di Inggris.
Kedua kelompok pendatang yang diremehkan oleh kubu yang ingin tetap dalam Uni Eropa dan juga tidak diperdulikan oleh kubu yang ingin keluar pada masa kampanye referendum Brexit tersebut, merasa referendum itu telah mengubah mereka menjadi anak-anak yang tidak diinginkan dalam pernikahan yang gagal atau cerai. Mereka khawatir mereka akan menjadi sandera ketika persyaratan perceraian Brexit dirundingkan.
Kekhawatiran mereka tidak berkurang hari Jumat (24/6), ketika Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, yang semakin marah mengatakan kepada televisi Jerman, “ini bukan perceraian yang ramah.” Dengan nada mencemohkan ia mengatakan "memang dari awalnyapun tidak ada hubungan cinta yang kuat."
Juncker, yang memberi jawaban “tidak” dengan jengkel ketika ditanya apakah Brexit menandakan berakhirnya Uni Eropa, pada jumpa pers di Brussels, Jumat (25/6), sekarang mengusahakan agar Inggris segera didorong keluar pintu dan perundingan segera dimulai mengenai pernyaratan pemisahan.
Ia mengemukakan tidak ada alasan untuk menunggu sampai pemimpin Partai Konservatif yang berkuasa di negara itu, dapat mengambilalih tugas Perdana Menteri Inggris David Cameron, Oktober mendatang. PM Cameron meletakkan jabatannya Jumat (24/6). [gp]