Tautan-tautan Akses

Inggris: Situasi di Gaza ‘Tidak Dapat Ditoleransi’


Jenazah anggota staf World Central Kitchen diangkut keluar dari kamar mayat rumah sakit di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 3 April 2024, dua hari setelah konvoi LSM tersebut terkena serangan Israel. (Foto: AFP)
Jenazah anggota staf World Central Kitchen diangkut keluar dari kamar mayat rumah sakit di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 3 April 2024, dua hari setelah konvoi LSM tersebut terkena serangan Israel. (Foto: AFP)

Inggris menyerukan penyelidikan segera terhadap Israel atas serangan udara yang menewaskan tujuh pekerja bantuan di Jalur Gaza, di tengah meningkatnya kemarahan global atas serangan pada Senin (1/4) itu. Tiga di antara korban tewas adalah warga negara Inggris.

Jenazah pekerja bantuan yang tewas akibat serangan udara Israel dibawa keluar dari Jalur Gaza pada Rabu (3/4), melalui penyeberangan Rafah ke Mesir.

Pada Senin, rudal menghantam konvoi kendaraan yang digunakan oleh badan amal World Central Kitchen dari AS.

Tiga di antara korban tewas adalah warga negara Inggris: John Chapman, 57 tahun; James Kirby, 47 tahun; dan James Henderson, 33 tahun.

“Situasinya semakin tidak dapat ditoleransi, dan yang perlu segera dilakukan adalah penyelidikan menyeluruh dan transparan atas apa yang terjadi, namun juga peningkatan dramatis dalam jumlah bantuan yang masuk ke Gaza," Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak kepada para wartawan pada Rabu.

Ia itu menolak seruan oposisi untuk mempertimbangkan penghentian penjualan senjata ke Israel. Ketiga korban asal Inggris tersebut bertugas menjaga keamanan untuk World Central Kitchen melalui perusahaan Solace Global.

Ambulans yang membawa jenazah anggota staf kelompok bantuan World Central Kitchen yang berbasis di AS, tiba di penyeberangan Rafah dengan Mesir di Jalur Gaza selatan pada 3 April 2024. (Foto: AFP)
Ambulans yang membawa jenazah anggota staf kelompok bantuan World Central Kitchen yang berbasis di AS, tiba di penyeberangan Rafah dengan Mesir di Jalur Gaza selatan pada 3 April 2024. (Foto: AFP)

“Kami telah mencermati segala sesuatu yang terjadi sebelum dan sesudah kejadian tersebut. Kami sepenuhnya puas bahwa semua tindakan telah diambil dan dilaksanakan dengan benar," Matthew Harding, direktur non-eksekutif di perusahaan tersebut.

Korban lainnya termasuk seorang pengemudi Palestina yang dipekerjakan oleh Solace Global, bersama dengan seorang warga Australia, seorang warga Polandia, dan seorang warga negara ganda AS-Kanada. Pemerintah negara-negara tersebut telah menyuarakan seruan untuk melakukan penyelidikan cepat. Israel mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka tidak bermaksud untuk menarget para pekerja bantuan.

“Serangan itu adalah kesalahan yang terjadi setelah kesalahan identifikasi pada malam hari, saat perang, dalam kondisi yang sangat kompleks. Serangan itu seharusnya tidak terjadi," kata Kepala staf Angkatan Pertahanan Israel Herzi Halevi yang disiarkan di televisi pada Selasa.

Organisasi Human Rights Watch menolak penjelasan tersebut pada hari Rabu, seperti disampaikan oleh Omar Shakir, direktur organisasi itu untuk Israel dan Palestina yang berbicara dengan VOA melalui tautan Zoom.

“Serangan mematikan Israel terhadap pekerja bantuan World Central Kitchen di Gaza ini menunjukkan karakteristik serangan udara presisi, yang menunjukkan bahwa militer Israel bermaksud untuk menyerang kendaraan tersebut. World Central Kitchen melaporkan posisi dan pergerakannya kepada pemerintah Israel. Kendaraan mereka ditandai dengan jelas. Bagi pemerintah Israel, ini bukanlah insiden yang terjadi hanya satu kali," katanya.

Inggris: Situasi di Gaza ‘Tidak Dapat Ditoleransi’
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:45 0:00

World Central Kitchen telah menghentikan operasinya di Gaza. Pendirinya mengatakan serangan itu adalah “akibat langsung dari kebijakan yang menekan bantuan kemanusiaan ke tingkat yang sangat menyedihkan.”

Meskipun ada tuduhan luas dari lembaga-lembaga bantuan bahwa Israel menghalangi pasokan bantuan ke Gaza, Israel membantah pihaknya memblokir bantuan. Sebaliknya, aliran bantuan yang tidak lancar tersebut dipersalahkan pada Hamas – yang dituduh menggunakan rumah sakit dan fasilitas bantuan sebagai pangkalan militer. Hamas membantah klaim tersebut dan mengatakan Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang. [lt/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG