Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah menunda rencana penghapusan kebijakan pengetatan terkait virus corona selama satu bulan karena munculnya varian Delta yang sangat menular dan pertama kali diidentifikasi di India.
Johnson pada Senin (14/6) mengatakan pembatasan itu akan dicabut pada 19 Juli dan bukan pada 21 Juni seperti rencana semula.
“Saya rasa bijaksana kalau menunggu sedikit lebih lama,” katanya dalam konferensi pers di London.
Johnson mengatakan, dia yakin Inggris akan mampu memulai kembali kegiatannya pada 19 Juli. Dia juga mencatat bahwa pada saat itu, dua pertiga dari populasi Inggris diduga sudah tervaksinasi sepenuhnya.
“Jelas vaksin efektif, dan skala yang besar dari peluncuran vaksin ini telah membuat posisi kita lebih baik dibandingkan pada gelombang-gelombang perebakan sebelumnya,” katanya.
Pada Senin (14/6), pemerintah Inggris melaporkan, 7.742 kasus virus corona baru. Johnson mengatakan laju pertambahan kasus baru mencapai 64 persen per minggu.
Varian Delta dari virus corona kini mencapai 90 persen dari kasus baru di Inggris.
Juga pada Senin (14/6), Novavax, sebuah perusahaan bio-teknologi AS mengumumkan tahap 3 dari uji klinis vaksin COVID-19 yang dikembangkannya memperlihatkan efektivitas 90 persen dalam mencegah penyakit serta menyediakan perlindungan yang baik terhadap varian COVID-19.
Vaksin Novavax, yang mudah disimpan dan dikirim, diperkirakan akan berperan penting dalam menaikkan pasokan vaksin di dunia berkembang.
Penasihat Gedung Putih untuk pandemi COVID-19, Dr. Anthony Fauci, mengatakan kepada koran Washington Post, vaksin ini “benar-benar sangat mengesankan.”
Menurut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center, AS mencatat kasus virus corona terbanyak di dunia yaitu 33,5 juta, disusul oleh India dengan 29,5 juta, dan Brasil 17,4 juta kasus COVID-19. [jm/em]