Inggris mengumumkan serangkaian tindakan balasan terhadap Moskow, termasuk pengusiran 23 diplomat Rusia, setelah Rusia menolak tuntutan untuk menjelaskan mengapa gas saraf maut era Soviet digunakan di kota Salisbury, Inggris, untuk meracuni bekas mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya, Yulia.
PM Inggris Theresa May mengumumkan pembalasan itu di hadapan parlemen Inggris. Ia mengatakan, pemerintahnya akan merancang legislasi yang melindungi Inggris dari tindakan bermusuhan sebuah negara dan akan mempertimbangkan serangkaian tindakan baru anti-spionase.
Tindakan balasan yang dimaksud May mencakup: membekukan aset orang-orang Rusia yang dianggap melanggar HAM, dan menghentikan semua kontak tingkat tinggi antara Inggris dan Rusia, termasuk menolak kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov yang direncanakan.
Baca juga: Kasus Peracunan Mata-Mata, Trump Tak Salahkan Rusia
Para diplomat Rusia yang diusir diberi waktu satu pekan untuk meninggalkan Inggris. Pengusiran ini merupakan yang terbesar sejak 1971, atau sejak masa puncak Perang Dingin. May mengatakan, tanggapan Rusia terhadap tuduhan Inggris bahwa Kremlin terlibat dalam aksi peracunan itu sangat mengecewakan, dan Moskow tidak memberi penjelasan bagaimana gas saraf yang disebut Novichok itu digunakan pada serangan tersebut.
Rusia membantah terlibat dalam serangan racun itu, sementara May mengatakan Moskow tidak menanggapi secara serius tuntutan Inggris.
May sempat bentrok dengan pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn, yang mempertanyakan pendekatan May yang dianggap tidak melibatkan banyak pihak. Namun May sendiri mendapat dukungan banyak pihak dari berbagai partai, termasuk para legislator Partai Buruh. [ab/uh]