Perlahan tapi pasti, kesadaran tentang perlunya melindungi dan melestarikan lingkungan alam mulai meningkat di seluruh dunia. Inisiatif akar rumput kini mendapat sorotan dan mereka yang terlibat mengatakan senang menjadi bagian dari gerakan yang menguntungkan itu.
Sebagaimana di banyak tempat lainnya, kanal di desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, di Bantul, DIY, ini tadinya penuh botol dan tas plastik, sisa makanan dan sampah lainnya.
Kini ikan kembali bisa berenang di air yang bersih, anak-anak sekolah belajar mengubah botol dan kaleng yang dibuang menjadi mainan, sementara sampah yang dikumpulkan dari kanal diubah menjadi kompos yang digunakan di taman-taman desa.
Hanya satu orang yang mendorong perubahan luar biasa itu.
“Taman sayur yang digagas Ari Ahmad dan teman-teman itu menguntungkan kita. Jadi kita bisa bekerjasama. Daun-daun yang sudah menumpuk diambil dan dijadikan kompos. Ini membuat kita semakin bekerjasama untuk mengelola lingkungan menjadi lebih sehat dan lebih bersih lagi,” kata Triyana, warga desa Wukirsari.
Ari Ahmad Zulfahmi yang memimpin sekelompok anak muda untuk membersihkan kanal ini, membujuk warga untuk memisahkan sampah yang bisa didaur ulang dan menunjukkan bagaimana cara membuat kompos.
Gagasan ini segera menarik dukungan luas dari badan urusan lingkungan hidup di Indonesia.
“Kami sangat setuju karena salah satu Tupoksi (Tugas Pokok Fungsi.red) kami adalah memotivasi masyarakat untuk ikut berperan dalam memelihara lingkungan, baik untuk pengendalian pencemaran atau memperbaiki kerusakan,” kata Jito, pegawai Badan Pengendalian Lingkungan.
Gagasan mengurangi sampah plastik, yang merupakan masalah sangat besar di Indonesia, kadang-kadang menggunakan pendekatan yang tidak terduga, seperti dengan menyajikan minuman dan es krim pada cangkir dan kerucut es krim yang bisa dimakan.
“Setelah dilihat lebih teliti ternyata khan sampah yang paling banyak itu sampah plastik, saya kemudian melakukan sedikit riset dan baru tahu kalau ternyata sampah plastik itu terdegradasinya lama sekali, bisa sampai ribuan tahun, dan pencemarannya luar biasa,” tukas David Christian salah seorang pendiri "Evoware".
Cangkir dan kerucut es krim yang terbuat dari rumput laut ini memiliki konsistensi seperti jeli dan disajikan dalam teh rasa peppermit dan teh hijau. Dibuat dengan tangan, harganya lebih mahal dibanding plastik dan masih perlu bungkus plastik. Tetapi para pelanggan mengatakan mereka membantu mengatasi ledakan limbah plastik di Indonesia.
“Saya harap supaya ke depannya lebih bagus, jangan pakai plastik barangkali yaa.. Pakai ini saja cukup, gak perlu pakai plastik lagi,” tutur Helda Vince Lantang, seorang pelanggan.
Evoware mengatakan pihaknya akan segera menawarkan produk-produk berbahan dasar rumput laut seperti tas teh dan kopi yang bisa didaur ulang. [em/jm]