Lian Gogali, direktur Institut Mosintuwu, Selasa (7/4), menjelaskan ada 47 posko informasi yang tersebar di 45 desa di di Kabupaten Poso, Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong.
Pendirian posko informasi itu, imbuh Lian, bertujuan untuk melawan berbagai hoaks seputar virus corona yang menyesatkan masyarakat. Beberapa contoh hoaks cara menangkal virus corona yang beredar di masyarakat antara lain, mengonsumsi telur ayam tengah malam, berjemur dan menyiramkan alcohol.
“Informasi seperti itu diterima oleh warga dan mereka tidak punya alternatif lain untuk mengkonfirmasi informasi-informasi yang mereka terima” jelas Lian.
Lian mengkhawatirkan masyarakat akan menerima hoaks tentang cara-cara dramatis menangkal virus corona itu sebagai kebenaran. Padahal, informasi yang tidak benar itu justru bisa mencelakakan penerimanya. Jadi, pihaknya berupaya menyediakan bahan-bahan bacaan mengenai virus corona melalui posko-posko informasi tersebut.
Berdiri sejak 2009, Institut Mosintuwu adalah organisasi masyarakat akar rumput di Kabupaten Poso yang fokus pada isu pendidikan kritis dan advokasi lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.
Bekerja sama dengan organisasi Nemu Buku, Institut Mosintuwu menyajikan bahan bacaan itu dalam bentuk booklet bergambar agar mudah dicerna pembaca. Booklet itu berisi informasi tentang apa itu COVID-19 dan cara mencegah penularannya.
“Lalu kami juga di dalam booklet itu memuat mengklarifikasi informasi dari WHO terkait rumor-rumor yang beredar tentang penangkal covid-19,” papar Lian Gogali. Hingga hari itu setidaknya sudah dua ribu eksemplar booklet dibagikan ke masyarakat.
Posko itu juga memberikan informasi tentang disinfektan kepada masyarakat yang datang ke posko. Mulai dari cara pembuatan disinfektan dana menyemprotkan disinfektan.
Informasi itu penting karena ada pemahaman yang salah di masyarakat bahwa disinfektan bisa disemprotkan ke ruangan, hingga tubuh manusia. Tentu saja hal itu berbahaya dan bisa melukai pengguna. Padahal yang benar, disinfektan disemprotkan ke benda-benda yang paling sering disentuh. Misalnya permukaan meja, gagang pintu, dan sebagainya.
Camat Lore Barat, Ruly Labulu menilai kehadiran posko informasi COVID-19 membantu pemerintah setempat dalam mensosialisasikan pencegahan penularan virus corona di 14 desa yang punya keterbatasan akses internet.
Kualitas jaringan internet di beberapa dese itu masih 2G atau Edge, yang artinya tidak selalu tersambung dengan internet. Pasokan listrik di sejumlah besar desa di Kecamatan Lore Barat juga hanya 18 jam sehari yang sudah berlangsung setidaknya dalam dua tahun terakhir.
“Beberapa hari terakhir ini signal ini ada masanya jeda hilang sama sekali. Kemudian untuk internet memang sangat terbatas, untuk –jaringan- Telkomsel kita di sini kalau tidak salah masih 2G pak, agak susah untuk akses internetnya,” ungkap Ruly Labulu.
Ruly mengatakan keterbatasan sarana komunikasi baik telepon dan internet, menyulitkan koordinasi dan penyebaran informasi terkait wabah virus corona kepada pemerintah desa dan masyarakat.
Irma, seorang ibu rumah tangga di desa Tokorondo, Kecamatan Poso Pesisir mengatakan dia bisa menyebarkan informasi yang diperolehnya di posko informasi COVID-19, kepada para kerabatnya.
“Kita kontrol keluarga dulu. Jelaskan ke keluarga, anak. Jaga jarak, memakai masker yang penting itu cuci tangan,” papar perempuan berusia 42 tahun itu.
Selain patuh menjaga jarak, Institut Mosintuwu mengatakan, warga di Poso juga membuat alat pelindung diri secara swadaya. Misalnya, membuat cuka dari air kelapa untuk disinfektan dan membuat masker dari kain. Bila hasil produksi cairan disinfektan dan masker pelindung wajah itu cukup banyak, dapat dibagikan gratis ke posko informasi di desa-desa lain untuk digunakan masyarakat setempat. [yl/ft]