JENEWA —
Laporan UNAIDS tahun ini tentang epidemi AIDS global menunjukkan penurunan tajam dalam penularan HIV di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah AIDS, laporan itu menunjukkan bahwa akhir epidemi mungkin akan tiba.
Tetapi, walaupun jumlah penularan HIV menurun di negara-negara yang secara tradisional miskin dan kurang maju, jumlah itu meningkat di banyak negara yang lebih makmur. Data menunjukkan jumlah pengidap HIV telah meningkat dalam 10 tahun terakhir di negara kaya di Amerika Utara dan Eropa.
Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan para migran terutama berisiko buruk terkena AIDS di negara-negara kaya. Juru bicara IOM Chris Lom mengatakan hal ini diabaikan secara luas.
"Para migran dan populasi yang berpindah-pindah, khususnya berisiko sangat tinggi di seluruh dunia, terutama karena mereka menghadapi marjinalisasi, pengucilan, dan berbagai hambatan untuk mendapat dukungan kesehatan dan layanan kesehatan, yang tidak dialami oleh warga setempat,” paparnya.
UNAIDS melaporkan 45 negara, wilayah dan daerah memberlakukan berbagai bentuk pembatasan masuknya orang yang mengidap HIV. Organisasi itu mengatakan kebijakan-kebijakan diskriminatif itu tidak efektif dan tidak melindungi kesehatan masyarakat.
IOM mengatakan, tidak ada kesadaran tentang kerentanan para migran terhadap HIV di negara-negara kaya dan itu tercermin dalam statistik. Di Kanada, misalnya, tingkat infeksi HIV para migran adalah 8,5 kali lebih tinggi daripada warga Kanada lainnya.
Sebuah penelitian di Amerika antara tahun 2007 dan 2010 menunjukkan, 13 persen populasi lahir di luar Amerika, tetapi lebih dari 16 persen penularan baru HIV didapati di antara warga kelahiran luar negeri itu.
IOM mengatakan di Uni Eropa, lebih dari sepertiga seluruh penularan HIV terjadi melalui penularan heteroseksual di antara orang-orang yang bermigrasi ke kawasan itu dari satu negara yang secara merata mengalami epidemi HIV.
Chris Lom mengatakan insiden tertinggi HIV di Amerika, Kanada dan Eropa adalah di antara orang-orang yang berasal dari Afrika dan Karibia, yang dianggap sebagai negara-negara yang mengalami epidemi HIV.
Berlawanan dengan kepercayaan umum, IOM mengatakan para migran sering tertular setelah kedatangan mereka di negara-negara tujuan. Badan itu mendesak negara-negara di dunia mengulurkan tangan kepada para migran untuk memastikan mereka mendapat dukungan serta layanan pencegahan, pengobatan, dan perawatan HIV.
Tetapi, walaupun jumlah penularan HIV menurun di negara-negara yang secara tradisional miskin dan kurang maju, jumlah itu meningkat di banyak negara yang lebih makmur. Data menunjukkan jumlah pengidap HIV telah meningkat dalam 10 tahun terakhir di negara kaya di Amerika Utara dan Eropa.
Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan para migran terutama berisiko buruk terkena AIDS di negara-negara kaya. Juru bicara IOM Chris Lom mengatakan hal ini diabaikan secara luas.
"Para migran dan populasi yang berpindah-pindah, khususnya berisiko sangat tinggi di seluruh dunia, terutama karena mereka menghadapi marjinalisasi, pengucilan, dan berbagai hambatan untuk mendapat dukungan kesehatan dan layanan kesehatan, yang tidak dialami oleh warga setempat,” paparnya.
UNAIDS melaporkan 45 negara, wilayah dan daerah memberlakukan berbagai bentuk pembatasan masuknya orang yang mengidap HIV. Organisasi itu mengatakan kebijakan-kebijakan diskriminatif itu tidak efektif dan tidak melindungi kesehatan masyarakat.
IOM mengatakan, tidak ada kesadaran tentang kerentanan para migran terhadap HIV di negara-negara kaya dan itu tercermin dalam statistik. Di Kanada, misalnya, tingkat infeksi HIV para migran adalah 8,5 kali lebih tinggi daripada warga Kanada lainnya.
Sebuah penelitian di Amerika antara tahun 2007 dan 2010 menunjukkan, 13 persen populasi lahir di luar Amerika, tetapi lebih dari 16 persen penularan baru HIV didapati di antara warga kelahiran luar negeri itu.
IOM mengatakan di Uni Eropa, lebih dari sepertiga seluruh penularan HIV terjadi melalui penularan heteroseksual di antara orang-orang yang bermigrasi ke kawasan itu dari satu negara yang secara merata mengalami epidemi HIV.
Chris Lom mengatakan insiden tertinggi HIV di Amerika, Kanada dan Eropa adalah di antara orang-orang yang berasal dari Afrika dan Karibia, yang dianggap sebagai negara-negara yang mengalami epidemi HIV.
Berlawanan dengan kepercayaan umum, IOM mengatakan para migran sering tertular setelah kedatangan mereka di negara-negara tujuan. Badan itu mendesak negara-negara di dunia mengulurkan tangan kepada para migran untuk memastikan mereka mendapat dukungan serta layanan pencegahan, pengobatan, dan perawatan HIV.