Irak dan koalisi pimpinan AS menyelesaikan putaran terakhir pembicaraan teknis untuk secara resmi beralih dari misi tempur, yang misinya adalah membasmi ISIS, menjadi fungsi penasehat untuk membantu pasukan Irak, demikian pengumuman pejabat keamanan hari Kamis (9/12).
Beberapa pembicaraan berfokus pada transisi, secara resmi mengakhiri misi tempur koalisi tersebut, cuit Qassim al-Araji, penasihat keamanan nasional Irak. Ia mengatakan koalisi itu akan terus memberi bantuan, saran dan pelatihan bagi pasukan Irak.
Pengumuman itu menegaskan kembali keputusan Juli oleh pemerintahan Biden untuk mengakhiri misi tempur AS di Irak pada 31 Desember. Sekitar 2.500 tentara AS yang tersisa di Irak, tidak jelas berapa dari mereka yang akan tetap berada dalam fase bantuan untuk koalisi berikutnya.
Berakhirnya misi tempur itu secara resmi tidak mengubah fakta di lapangan; koalisi sudah tidak lagi terlibat dalam misi tempur sejak awal tahun 2020. Sejak itu, fokus utama AS adalah membantu pasukan Irak, bukan berperang.
Pasukan keamanan Irak masih membutuhkan dukungan udara koalisi dalam penyerangan terhadap sasaran ISIS dan pengumpulan intelijen, kata pejabat keamanan Irak dan Kurdi. Mereka juga membutuhkan bantuan dalam pemeliharaan persenjataan dan peralatan yang disediakan AS.
Peralihan dari peran tempur AS menjadi pelatihan dan pemberian nasihat kepada pasukan keamanan Irak itu diumumkan sebelumnya, pada bulan April. Sebuah pernyataan bersama AS-Irak menyatakan ini memungkinkan pemindahan pasukan tempur AS yang tersisa dari Irak sesuai jadwal yang ditentukan kemudian. [mg/jm]