Serangan teroris terhadap parade militer di Ahvas, Iran, hari Sabtu (22/9) meningkatkan ketegangan antara Iran dan negara-negara tetangganya di Arab, memicu seruan pembalasan meskipun masih ada kebingungan soal siapa yang bertanggung jawab terhadap aksi kekerasan itu.
Serangan oleh empat laki-laki bersenjata itu menewaskan 29 orang dan melukai lebih dari 60 lainnya. Di antara korban tewas adalah tentara Garda Revolusioner yang mengikuti parade dan orang-orang yang sedang menonton – termasuk sejumlah perempuan dan anak-anak.
Ribuan orang menghadiri pemakaman anggota pasukan elit Garda Revolusioner Iran yang tewas dalam serangan itu, yang diwarnai dengan teriakkan “mati lah Israel” dan “mati lah Amerika.” Iran kerap menuduh kedua negara tersebut sebagai pihak yang mendukung kelompok separatis yang melakukan serangan-serangan sebelumnya.
Salah seorang pemimpin di Garda Revolusioner Iran, Jenderal Hossein Salami, bertekad akan membalas dendam terhadap ‘’segitiga’’ – Amerika, Israel, dan Arab Saudi. “Kami ingatkan semua yang berada di balik serangan ini, kami akan menuntut balas,” tegas Salami.
Meskipun ada seruan meminta pertanggungjawaban, kebingungan tetap menyelimuti. Pertama, sebuah kelompok separatis Iran di Arab – Ahvaz National Resistance – mengklaim bertanggungjawab. Kemudian ISIS hari Senin (24/9) mengeluarkan video di media sosial, menunjukkan foto-foto para penyerang dan mayat mereka setelah insiden itu.
Sejumlah orang Iran lewat media sosial mengatakan foto-foto itu tidak cocok dengan laki-laki yang melakukan serangan dan terekam video. Orang-orang dalam video itu juga tidak menyebut ISIS atau menyampaikan janji setiap pada ISIS, yang biasanya dilakukan dalam serangan-serangan ISIS.
Pemerintah Iran mengatakan telah mengidentifikasi sejumlah individu yang terkait dengan serangan itu. (em)