Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman, yang disebut P5 + 1, memulai perundingan baru seputar program nuklir Iran Jumat (19/9).
Perundingan dimulai sehari setelah utusan ke Badan Energi Atom Internasional, IAEA, Amerika Laura Kennedy menyerukan kepada Iran untuk menjelaskan kemungkinan adanya “dimensi militer” dalam program nuklir Iran.
“Hanya dengan penjelasan mengenai hal ini maka dimungkinkan untuk meyakini bahwa program nuklir Iran sepenuhnya bersifat damai dan akan tetap seperti itu," ujarnya.
Namun Duta Besar Iran Reza Najafi mengatakan bahwa laporan terbaru dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menunjukkan Iran sudah kooperatif.
“Laporan ini juga menunjukkan bahwa IAEA selalu mengkonfirmasi bahwa Iran sudah memenuhi komitmen yang diajukannya sendiri, sesuai yang tertuang dalam rencana tindakan bersama dengan kelompok negara Uni Eropa 3+3, November lalu," ujarnya.
Iran mengemukakan perlunya memperkaya uranium untuk penggunaan sipil. Iran menolak pernyataan pihak Barat bahwa Iran berusaha membuat senjata nuklir.
Analis Nuklir James Acton mengatakan ia tidak yakin para perunding bisa menjembatani perbedaan pendapat yang muncul di New York.
“Saya tidak terlalu pesimistis tentang proses diplomatiknya secara keseluruhan namun saya berpendapat bahwa perundingan di New York tidak akan menghasilkan banyak," ujarnya.
Ia menduga prosesnya akan berjalan lebih cepat, sementara kedua pihak mendekati tenggat waktu bulan November untuk menghasilkan kesepakatan yang bisa meringankan sanksi terhadap Iran dan mengurangi keprihatinan negara-negara Barat terkait program nuklirnya.