Sebuah kapal tanker minyak Korea Selatan yang ditahan selama berbulan-bulan oleh Iran, menyusul perselisihan dana miliaran dolar yang disita oleh Seoul, dibebaskan Jumat pagi (9/4). Peristiwa itu berlangsung hanya beberapa jam sebelum Teheran melangsungkan pembicaraan lebih lanjut dengan negara-negara besar dunia mengenai kesepakatan nuklir.
Data MarineTraffic.com menunjukkan kapal MT Hankuk Chemi meninggalkan Bandar Abbas, Jumat dini hari (9/4).
Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan Iran melepaskan kapal tanker itu dan kaptennya setelah merebut kapal tersebut pada Januari. Kementerian itu mengatakan Hankuk Chemi meninggalkan pelabuhan Iran sekitar pukul 6 pagi waktu setempat setelah menyelesaikan proses administrasi.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, kemudian mengukuhkan bahwa Iran telah membebaskan kapal tersebut.
“Atas permintaan pemilik dan pemerintah Korea, perintah untuk membebaskan kapal dikeluarkan oleh jaksa, '' kata Khatibzadeh seperti dikutip oleh kantor berita pemerintah, IRNA.
Pemilik kapal itu, DM Shipping Co. Ltd. dari Busan, Korea Selatan, tidak dapat dihubungi Associated Press untuk dimintai komentar.
Hankuk Chemi sedang melakukan perjalanan dari fasilitas petrokimia di Jubail, Arab Saudi, ke Fujairah di Uni Emirat Arab ketika pasukan Garda Revolusi Iran menyerbu kapal itu Januari lalu dan memaksa kapal tersebut mengubah arah dan melakukan perjalanan ke Iran.
Iran menuduh MT Hankuk Chemi mencemari perairan di Selat Hormuz yang penting. Tetapi penyitaan itu secara luas dilihat sebagai upaya untuk menekan Seoul agar mencairkan miliaran dolar aset Iran di bank-bank Korea Selatan akibat sanksi berat Amerika terhadap Iran. Iran membebaskan 20 awak kapal itu pada Februari, tetapi terus menahan kapal dan kaptennya sambil menuntut agar Korea Selatan mencairkan aset Iran yang dibekukan.
Kementerian Luar Negeri Iran tidak mengakui bahwa perselisihan penyitaan dana melatarbelakangi penahanan kapal itu ketika mengumumkan pembebasannya. Khatibzadeh hanya mengatakan bahwa kapten dan kapal tanker tersebut memiliki catatan bersih di wilayah tersebut.
Tetapi seorang pejabat dari Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, yang berbicara dengan syarat namanya dirahasiakan, mengatakan kesediaan Seoul untuk menyelesaikan masalah aset Iran yang dibekukan di Korea Selatan kemungkinan memiliki pengaruh positif dalam keputusan Iran untuk melepaskan kapal tersebut.
Pejabat itu mengatakan Iran sebelumnya mengakui bahwa upaya Korea Selatan untuk menyelesaikan perselisihan itu tidak hanya bergantung pada kemampuan dan upaya Korea Selatan saja, melainkan juga terkait dengan negosiasi kesepakatan nuklir Teheran.
Pembekuan dana melibatkan persetujuan dari berbagai negara termasuk AS, yang pada 2018 memberlakukan sanksi besar-besaran pada sektor minyak dan perbankan Iran. Pejabat itu mengatakan Korea Selatan telah berkomunikasi erat dengan negara-negara lain mengenai aset Iran yang dibekukan itu.
Perkembangan itu terjadi ketika Iran dan negara-negara besar dunia bersiap untuk melanjutkan negosiasi di Wina, Jumat, untuk menyelesaikan perselisihan terkait sanksi-sanksi AS terhadap Iran dan pelanggaran Iran terhadap perjanjian nuklir. Kesepakatan nuklir 2015, yang kemudian ditinggalkan Presiden Donald Trump tiga tahun kemudian, menawarkan keringanan sanksi kepada Iran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya. [ab/uh]