Pemimpin nuklir Iran menyebut padamnya fasilitas Natanz di negara itu pada Minggu (11/4) adalah aksi "terorisme nuklir."
"Sambil mengecam langkah putus asa ini, Republik Islam Iran menekankan perlunya tindakan konfrontasi oleh badan-badan internasional dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terhadap terorisme nuklir ini," kata Ali Akbar Salehi, menurut TV milik pemerintah.
Salehi tidak menyebut pihak mana yang disalahkan atas pemadaman tersebut.
TV pemerintah melaporkan terdapat masalah jaringan distribusi listrik di Natanz, hanya beberapa jam setelah fasilitas itu memulai aliran sentrifugal untuk memproduksi uranium yang diperkaya.
Juru bicara Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) Behrouz Kamalvandi mengatakan, "Insiden itu tidak menimbulkan korban jiwa ataupun kontaminasi."
IAEA, badan PBB yang memonitor program nuklir Iran, pada Minggu (11/4) mengatakan sudah mengetahui tentang situasinya dan mengikuti perkembangan, tapi tidak merincikannya.
Harian New York Times melaporkan bahwa ledakan yang menyebabkan padamnya listrik di fasilitas itu merupakan pukulan besar terhadap kemampuan pengayaan uranium Iran. NYT, yang mengutip dua sumber intelijen, mengatakan perlu waktu hingga sembilan bulan untuk memperbaikinya.
Menurut New York Times , para pejabat intelijen AS dan Israel mengatakan Israel terlibat dalam insiden itu. Sejumlah media Israel melaporkan Minggu (11/4) bahwa Israel mungkin berada di balik insiden itu, yang bisa jadi merupakan serangan siber. [vm/ah]