Iran pada Senin (25/4) menyerukan pertemuan baru “sesegera mungkin” terkait pembicaraan yang telah diadakan di Wina untuk memulihkan kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dengan sejumlah negara-negara kuat di dunia. Perjanjian tersebut sebelumnya telah dibatalkan pada 2018.
Teheran telah terlibat dalam negosiasi dengan Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia secara langsung dan Amerika Serikat secara tidak langsung untuk menghidupkan kembali apa yang disebut dengan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).
“Sudah sepatutnya pertemuan tatap muka langsung diadakan sesegera mungkin,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Saeed Khatibzadeh dalam konferensi pers mingguannya.
“Belum diputuskan di mana dan kapan pertemuan ini dan pada tingkat apa itu harus diadakan, tetapi itu ada dalam agenda,” tambahnya.
Kesepakatan 2015 memberi Iran keringanan sanksi dengan imbalan pembatasan program nuklirnya untuk menjamin bahwa Teheran tidak dapat mengembangkan senjata nuklir, hal yang selalu disangkal Iran.
Amerika, di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, pada tahun 2018 telah secara sepihak menarik diri dari perjanjian itu, dan menerapkan kembali sanksi ekonomi yang ketat, sehingga mendorong Iran untuk mulai membatalkan komitmennya sendiri.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan pekan lalu bahwa “jika Iran menginginkan pencabutan sanksi yang melampaui JCPOA, mereka harus mengatasi kekhawatiran kami yang melampaui JCPOA.” [lt/em]