Tautan-tautan Akses

Iran Tak akan Kembali ke Kesepakatan Nuklir, kecuali IAEA Akhiri Penyelidikan


Perunding nuklir Iran, Ali Bagheri (foto: dok).
Perunding nuklir Iran, Ali Bagheri (foto: dok).

Perunding dari Iran dan ke enam kekuatan dunia dilaporkan hampir mencapai kesepakatan untuk mengaktifkan kembali perjanjian nuklir dari tahun 2015 yang disebut JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action).

Perjanjian itu menghapus sanksi-sanksi terhadap Iran oleh AS dan Eropa, dan sebagai imbalannya Iran bersedia membatasi program nuklirnya.

Tetapi kemudian Presiden Trump menarik AS dari persetujuan itu pada 2018, dan menyebutnya sebagai perjanjian paling buruk dalam sejarah.

Sejak April 2021 perunding AS dan Eropa telah berusaha mengaktifkan kembali JCPOA bersama mitranya dari Iran dan Uni Eropa, yang memimpin perundingan ini.

Draft teks akhir, diserahkan sebelumnya bulan ini meskipun masih ada beberapa perbedaan di antara pihak-pihak yang berunding.

Pengaktifan kembali JCPOA tampaknya bergantung pada satu isu utama, yakni kegiatan nuklir Iran yang tidak jelas di masa lalu.

Pengawas nuklir PBB, IAEA, menemukan jejak uranium di tiga lokasi yang tidak dilaporkan di Iran yang berasal dari tahun 2004, dan meluncurkan apa yang disebutnya penyelidikan untuk memastikan keselamatan.

Pada sebuah konferensi pers Senin (29/8), Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan, penyelidikan IAEA itu harus diakhiri sebelum Iran setuju untuk mengaktifkan JCPOA.

“Tanpa mengatasi isu-isu yang memastikan keselamatan itu, bicara tentang persetujuan tidak akan bermanfaat apa-apa,” kata Raisi.

Kantor berita Reuters Senin melaporkan bahwa AS dan Iran telah menemukan cara untuk mengatasi masalah penyelidikan ini dan yang akan memungkinan kedua belah pihak untuk saat ini mengklaim kemenangan namun menunda solusi akhirnya,” demikian menurut tiga sumber yang mengetahui masalah ini. [jm/my]

Forum

XS
SM
MD
LG