Kabinet Keamanan Israel dijadwalkan bertemu pada Selasa (26/11) untuk melakukan pemungutan suara mengenai usulan gencatan senjata dalam perang melawan Hizbullah di Lebanon, kata seorang pejabat. Sementara itu, Gedung Putih sangat optimis bahwa kesepakatan sudah semakin dekat.
Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terus mendesak dihentikannya permusuhan Israel dan Hizbullah yang telah berlangsung lama, dan bahkan menjadi perang skala penuh sejak akhir September.
Saat pembicaraan gencatan senjata semakin intensif, pertukaran tembakan lintas batas antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran juga meningkat. Pada Minggu, Israel melaporkan sekitar 250 proyektil diluncurkan ke wilayahnya.
Serangan Israel pada Selasa (26/11) menghantam benteng Hizbullah di Beirut selatan, setelah pihak militer mengimbau warga untuk mengungsi.
Rekaman AFPTV menunjukkan gumpalan asap mengepul dari lokasi serangan udara Israel di Lebanon, sehari setelah Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa serangan tersebut menewaskan 31 orang, sebagian besar di Lebanon selatan. Serangan tersebut adalah bagian dari konflik yang meningkat antara Israel dan Hizbullah.
Di bidang diplomatik, seorang pejabat Israel yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan Kabinet Keamanan "akan memutuskan pada Selasa (26/11) malam mengenai kesepakatan gencatan senjata".
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, John Kirby, mengatakan bahwa perundingan mengenai gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah sedang berlangsung, tetapi belum selesai. Dia menambahkan bahwa Amerika merasa bahwa mereka sudah sangat dekat dengan kesepakatan, meskipun belum ada keputusan final yang dicapai.
Amerika Serikat dan Prancis mengomandani upaya untuk mencapai gencatan senjata.
Prancis melaporkan adanya "kemajuan signifikan" dalam perundingan, sementara Italia, yang memegang jabatan presiden kelompok negara-negara G7, menyatakan "optimisme" terkait gencatan senjata.
Kantor berita Amerika Serikat, Axios, melaporkan rancangan perjanjian gencatan senjata tersebut mencakup masa transisi 60 hari.
Pasukan Israel akan mundur, tentara Lebanon akan ditempatkan kembali di dekat perbatasan, dan Hizbullah akan memindahkan senjata berat ke utara Sungai Litani, kata Axios.
Sebuah komite yang dipimpin Amerika akan mengawasi pelaksanaan, dengan ketentuan yang memungkinkan Israel untuk bertindak melawan ancaman yang akan datang jika pasukan Lebanon gagal melakukan intervensi.
Berita mengenai rapat Kabinet Keamanan Israel muncul setelah militer Israel mengonfirmasi serangkaian serangan yang dilancarkan pada hari Senin, termasuk serangan di pinggiran selatan Beirut. Wilayah tersebut telah menjadi sasaran serangan udara Israel sejak akhir September, ketika Israel melakukan serangan udara di Lebanon.
Serangan itu menghantam puluhan target Hizbullah di seluruh Lebanon dalam waktu satu jam pada Senin (25/11), kata militer. Serangan tersebut terjadi setelah tembakan gencar dari Hizbullah selama akhir pekan, termasuk beberapa serangan yang menjangkau jauh ke dalam wilayah Israel.
Media Israel melaporkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kemungkinan akan mendukung usulan gencatan senjata Amerika Serikat.
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, saat ditanya di New York mengenai kemungkinan perjanjian gencatan senjata, menyatakan bahwa "kami terus maju dalam hal ini" dan menambahkan bahwa kabinet Israel akan bertemu untuk membahasnya. [ah/rs]
Forum