Tautan-tautan Akses

Israel Berlakukan 'Jeda Harian' di Gaza Selatan untuk Fasilitasi Bantuan


Sejumlah bantuan kemanusiaan berlogo World Central Kitchen untuk warga Palestina di Jalur Gaza berada di atas truk di perlintasan perbatasan Kerem Shalom di Israel selatan pada 30 Mei 2024. (Foto: AP)
Sejumlah bantuan kemanusiaan berlogo World Central Kitchen untuk warga Palestina di Jalur Gaza berada di atas truk di perlintasan perbatasan Kerem Shalom di Israel selatan pada 30 Mei 2024. (Foto: AP)

Israel hari Minggu (16/6) mengatakan bahwa pihaknya memulai "jeda taktis" selama 11 jam dalam pengebomannya terhadap militan Hamas di Gaza selatan untuk memungkinkan peningkatan pengiriman bantuan kemanusiaan untuk menjangkau warga Palestina yang kelaparan.

Militer Israel mengumumkan bahwa mereka akan menerapkan jeda harian dalam operasi militernya di sepanjang jalan utama di Gaza selatan. Langkah ini bertujuan untuk memungkinkan lebih banyak bantuan mencapai daerah tersebut. Beberapa organisasi bantuan internasional telah memperingatkan mengenai krisis kemanusiaan yang semakin memburuk.

Namun, pihak militer memastikan bahwa pertempuran di Kota Rafah, tempat Israel menargetkan sisa brigade gerakan militan Islam Hamas, akan terus berlanjut.

Pihak Israel menjelaskan bahwa aktivitas militer akan dihentikan setiap hari dari pukul 08.00 hingga 19.00 waktu setempat (05.00 GMT hingga 16.00 GMT), atau sekitar pukul 12.00 hingga 23.00 WIB, hingga pemberitahuan lebih lanjut. Penghentian ini berlaku di sepanjang jalan yang menghubungkan Perlintasan Kerem Shalom dengan Jalan Salah al-Din dan kemudian menuju ke utara.

Meskipun tekanan internasional untuk mencapai gencatan senjata semakin meningkat, kesepakatan untuk menghentikan pertempuran masih terasa sulit dicapai, meskipun perang di wilayah Palestina tersebut telah berlangsung lebih dari delapan bulan.

"Jeda taktis" yang diumumkan oleh militer berlaku untuk sekitar 12 kilometer jalan di wilayah Rafah, namun masih jauh dari gencatan senjata total di Gaza yang didorong oleh komunitas internasional, termasuk sekutu utama Israel, Amerika agar Israel dan Hamas menerapkannya.

Gencatan senjata yang diusulkan akan menghentikan pertempuran di seluruh Gaza selama enam minggu dan menyerukan pembebasan lebih banyak sandera yang ditahan oleh Hamas sebagai imbalan bagi warga Palestina yang dipenjara oleh Israel.

Namun, belum ada tanda-tanda terobosan dalam perundingan gencatan senjata yang macet tersebut.

Dalam pertanda lain bahwa pertempuran akan terus berlanjut, pemerintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Minggu mengumumkan bahwa mereka akan memperpanjang waktu hingga 15 Agustus. Pada periode ini mereka akan mendanai hotel-hotel dan wisma-wisma untuk penduduk yang dievakuasi dari kota-kota perbatasan Israel bagian selatan di dekat Gaza.

Penghentian pertempuran yang terbatas ini, jika berlangsung lama, dapat membantu memenuhi beberapa kebutuhan warga Palestina yang semakin melonjak dalam beberapa minggu terakhir dengan serbuan Israel ke Rafah.

Anak-anak Palestina antre membawa panci untuk menerima bantuan makanan dari dapur di sekolah Abu Zeitun yang dikelola oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di kamp Jabalia, Jalur Gaza utara 13 Juni 2024 (foto: dok).
Anak-anak Palestina antre membawa panci untuk menerima bantuan makanan dari dapur di sekolah Abu Zeitun yang dikelola oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di kamp Jabalia, Jalur Gaza utara 13 Juni 2024 (foto: dok).

Israel mengatakan bahwa rute keluar dari Gaza selatan akan meningkatkan aliran bantuan ke bagian lain dari Gaza, termasuk Khan Younis, kamp tenda darurat Muwasi, dan Gaza tengah. Gaza utara yang terpukul keras dan menjadi target awal perang yang kini memasuki bulan kesembilan, sudah dilayani oleh barang-barang yang masuk dari penyeberangan di utara.

Militer mengatakan bahwa jeda pada hari Minggu, yang dimulai ketika umat Islam di Gaza dan di tempat lain mulai merayakan hari Idul Adha, dilakukan setelah berdiskusi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan badan-badan bantuan internasional.

Aliran bantuan di Gaza selatan menurun seiring dengan meningkatnya kebutuhan kemanusiaan. Lebih dari 1 juta warga Palestina, yang sebagian besar telah mengungsi, melarikan diri dari Rafah setelah invasi, berdesak-desakan di wilayah lain di selatan dan tengah Gaza. Sebagian besar kini tinggal di kamp-kamp tenda reyot, menggunakan parit sebagai jamban, dengan saluran pembuangan air di jalanan.

Kebutuhan akan lebih banyak bantuan di Gaza sangat penting, kata para pejabat bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dari tanggal 6 Mei hingga 6 Juni, PBB menerima rata-rata 68 truk bantuan per hari, menurut data dari kantor kemanusiaan PBB. Jumlah tersebut turun dari 168 truk per hari pada bulan April dan jauh di bawah 500 truk per hari yang menurut kelompok-kelompok bantuan dibutuhkan. Pengaturan baru ini bertujuan untuk mengurangi kebutuhan untuk mengkoordinasikan pengiriman dengan menyediakan waktu 11 jam tanpa gangguan setiap hari bagi truk untuk masuk dan keluar dari penyeberangan.

Belum jelas apakah militer Israel akan memberikan keamanan untuk melindungi truk-truk bantuan saat mereka bergerak di sepanjang jalan raya.

PBB menyambut baik jeda terbatas Israel dalam pertempuran dan mengatakan bahwa mereka berharap "hal ini akan mengarah pada langkah-langkah konkret lebih lanjut oleh Israel untuk mengatasi masalah-masalah yang telah berlangsung lama yang menghalangi tanggapan kemanusiaan yang berarti di Gaza."

Penghentian pertempuran terbatas itu dikecam oleh kaum ultranasionalis dalam pemerintahan Netanyahu, yang menentang penghentian perang. Pihak militer mengatakan bahwa pertempuran tidak dihentikan di bagian selatan Gaza.

Pada hari Minggu, Israel mengumumkan nama-nama 11 tentara yang tewas dalam serangan baru-baru ini di Gaza, termasuk satu orang yang tewas akibat luka-luka yang dideritanya dalam serangan minggu lalu. Hal ini membuat jumlah tentara yang tewas sejak Israel memulai invasi daratnya ke Gaza tahun lalu menjadi 308 orang.

Hamas menewaskan 1.200 orang dalam serangan teror 7 Oktober lalu terhadap Israel dan menyandera 250 orang, kata pihak berwenang Israel. Para pejabat kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan lebih dari 37.000 warga Palestina telah terbunuh dalam perang, sebuah angka kematian yang mencakup warga sipil dan kombatan.

Sementara itu, Hizbullah, militan yang didukung Iran di Lebanon, meluncurkan pertempuran kedua melawan Israel, tak lama setelah serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang di Gaza. Pertempuran di perbatasan Israel-Lebanon kini terancam menjadi konflik yang lebih luas. Puluhan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan. [ah/gg/my/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG