Polisi Israel mengirim kekuatan tambahan di kawasan Kota Tua Yerusalem dan sekitarnya pada hari Jumat (8/12), sebagai antisipasi terhadap protes Palestina terkait pengakuan kota yang diperselisihkan itu sebagai ibukota Israel oleh pemerintahan Presiden Amerika Donald Trump.
Kelompok-kelompok politik Palestina telah menyerukan demonstrasi besar-besaran di Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem Timur setelah sholat Jumat. Secara terpisah, pemimpin kelompok militan Islamis Hamas yang berbasis di Gaza telah mendorong dilakukannya pemberontakan ketiga terhadap Israel.
Perubahan kebijakan Presiden Trump mengenai Yerusalem, yang diumumkan sebelumnya pekan ini, juga mendorong kemarahan di tempat lainnya di dunia Arab dan Muslim, termasuk di kalangan sekutu-sekutu Amerika seperti Yordania dan Mesir.
Protes-protes di jalan diperkirakan berlangsung hari Jumat (8/12) di berbagai penjuru di kawasan. Ratusan Muslim di Indonesia dan Malaysia berunjuk rasa di luar Kedutaan Besar Amerika.
Selama puluhan tahun, Amerika Serikat telah menyatakan bersikap netral atas status Yerusalem, sesuai dengan konsensus internasional bahwa nasib kota suci itu harus ditentukan melalui perundingan.
Yerusalem Timur, yang direbut Israel pada tahun 1967 dan kemudian didudukinya, diinginkan Palestina sebagai ibu kotanya pada masa mendatang. Di kota ini juga terdapat tempat-tempat suci bagi umat Islam, Yahudi dan Kristen. Israel mengklaim seluruh wilayah Yerusalem sebagai ibukotanya. [uh]