Pihak berwenang Israel menguasai akses ke Tepi Barat di mana ibukota Palestina, Ramallah berlokasi. Menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Palestina, Menlu Retno Marsudi sebelumnya direncanakan akan mengadakan perundingan di Ramallah dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Menlu Palestina Riad al-Malki.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri Palestina itu juga mengatakan Retno Marsudi direncanakan membuka kantor konsulat kehormatan RI di Ramallah. Namun, sebaliknya Malki harus pergi ke Yordania untuk bertemu Menlu Retno Marsudi.
Juru bicara kementrian LN Indonesia Arrmanatha Nasir dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa “Israel tidak memberi izin terbang helikopter” yang sedianya membawa Menlu Retno dari Yordania ke Tepi Barat. Pernyataan itu tidak merinci lebih jauh mengapa ia ditolak masuk.
Sebelumnya, Arrmanatha Nasir kepada wartawan di Jakarta mengatakan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi akan melantik Maha Abu Shusha sebagai konsul kehormatan Indonesia. Penunjukan konsul kehormatan ini merupakan bukti dukungan pemerintah Indonesia terhadap Palestina.
"Tugas-tugas pokok yang nantinya kami harapkan dilakukan oleh Ibu Susha ini antara lain upaya meningkatkan kerjasama ekonomi dan sosial budaya Indonesia dan Palestina dan promosi pariwisata dan investasi serta perlindungan warga negara karena WNI yang ada atau menetap di Palestina ada sekitar delapan orang. Pembukaan konsul kehormatan ini juga merupakan bentuk dukungan Indonesia terhadap Palestina," papar Arrmanatha.
Israel dan Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomatik resmi. Kementrian LN Israel menolak berkomentar dan kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu belum memberi tanggapan. Harian Israel, Haaretz melaporkan bahwa Marsudi ditolak masuk ke Ramallah setelah menilah mengunjungi Yerusalem dan bertemu pejabat Israel di sana.
Insiden itu menyusul seruan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) awal bulan ini untuk melarang produk-produk dari pemukiman Israel di wilayah-wilayah pendudukan di Palestina.
Seruan itu keluar pada akhir KTT OKI yang diadakan di Jakarta. Indonesia merupakan negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia.
Nilai perdagangan Indonesia-Palestina tahun lalu mencapai US$ 3,67 juta, di mana Indonesia mengalami surplus perdagangan US$ 3,34 juta. Sedangkan pada 2014 nilainya US$ 1,02 juta, di mana Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 808 ribu. [my/jm]