Pemda Jawa Barat tengah menggelar penyemprotan disinfektan massal dalam upaya mencegah penyebaran wabah COVID-19. Sejumlah pakar di UI dan ITB pun angkat bicara soal efektivitasnya. Penyemprotan disinfektan itu dilakukan di 5.312 desa yang tersebar di 27 kabupaten/kota.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Jabar, Dedi Supandi, menyatakan penyemprotan dilakukan oleh gugus tugas COVID-19 yang dibentuk sampai tingkat desa.
“Mulai hari Minggu kemarin, gugus tugas di desa telah melakukan penyemprotan disinfektan,” ujarnya, Kamis (2/4).
Dedi menyatakan, penyemprotan menggunakan alat dan cairan yang dibeli menggunakan dana desa.
“Macam-macam alatnya, ada yang pakai alat pertanian, alat semprot mobil, bahkan ada warga yang inisiatif menyemprot rumahnya sendiri. Ini patut diacungi jempol,” ungkapnya dalam pernyataan tertulis.
Penyemprotan dilakukan tidak hanya terhadap rumah warga, namun tempat umum seperti kantor desa, puskesmas, posyandu, tempat ibadah, dan area publik yang lain.
Pemda Jabar menargetkan, seluruh lokasi selesai menyemprot disinfektan pada pekan pertama April.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Berli Hamdani Gelung Sakti, yang mengawasi penyemprotan ini, memastikan disinfektan tidak disemprotkan ke tubuh manusia.
“Jenis desinfektan kebanyakan jenis klorin, lysol, cairan pemutih, dan sebagainya. Tetapi sekali lagi bukan untuk langsung dikenakan ke tubuh manusia,” jelasnya.
Jabar Kerahkan TNI, Polri, dan Drone
Selain di desa-desa, Pemda Jabar juga melakukan penyemprotan disinfektan di 754 lokasi lain. Penyemprotan ini menggunakan armada khusus milik TNI dan Polri, serentak di 27 kabupaten/kota, Selasa (31/3/20).
Karo Ops Polda Jabar Kombes Pol Stephen S.Ik, mengatakan, sebanyak 8.813 personel gabungan diturunkan, terdiri dari 3.715 personel Polri, 1.390 personel TNI, 2.352 personel Pemda dan 1.356 personel unsur lain.
Sementara itu, sebanyak 2.101 unit kendaraan dikerahkan, di antaranya 43 mobil Armoured Water Cannon dan 110 Mobil Damkar. Kendaraan ini didukung dengan 917 buah peralatan pendukung dan disinfektan 1.354.765 liter.
Pemda Jabar juga menggaet organisasi kepemudaan seperti Komite Nasional pemuda Indonesia (KNPI) yang mengembangan drone disinfektan. Drone berkapasitas 15 liter ini akan disebar ke seluruh kabupaten/kota dalam waktu dekat ini.
“Disinfektan 15 liter sekali terbang untuk area 5 hektar ini akan dibagikan ke 27 kota/kabupaten se-Jawa Barat untuk memasifkan penyemprotan desinfektan di kampung-kampung dan pemukiman padat,” tulis Gubernur Jabar Ridwan Kamil di akun Instagram pribadinya.
Penerbangan drone disinfektan akan dilakukan oleh Patriot Desa yang tersebar di desa dan telah dilatih.
Pakar Kesehatan dan Farmasi Angkat Suara
Meski begitu, penyemprotan disinfektan secara massal di jalanan dinilai tidak efektif.
Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, memaparkan, disinfektan hanya menyentuh permukaan benda-benda atau pakaian. Sementara, virus corona ada di dalam tubuh manusia dan menyebar melalui cipratan bersin.
“(Disinfektan) itu tuh hanya yang ada di badan itu saja. Tapi setelah dia (orang tersebut) masuk ke ruangan dia batuk atau bersin, dia tentu tetap akan menyebabkan pencemaran di lokasi ruangan tersebut,” jelasnya dalam seminar jarak jauh mengenai COVID-19.
Dekan Fakultas Kedokteran UI ini menegaskan, virus hanya menyebar melalui cipratan cairan tubuh.
“Sekali lagi, sebenarnya kan virusnya kan ada ketika droplet, ketika bicara keras, batuk, atau bersin,” ujarnya lagi.
Ari mengatakan, disinfektan tetap efektif jika diterapkan terhadap ruangan-ruangan yang sudah terkontaminasi pasien positif atau Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
Senada, Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan penyemprotan di jalan raya dan udara tidak efektif.
Selain itu, penggunaan disinfektan berlebihan bisa berbahaya bagi lingkungan. Salah satu dampaknya adalah virus atau bakteri menjadi kebal, terutama jika disinfektan ‘tidak digunakan pada konsentrasi idealnya.’
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular AS (CDC) merekomendasikan disinfektan diterapkan pada permukaan yang nampak kotor atau sering disentuh. CDC menyatakan belum ada kasus terdokumentasi di mana pasien COVID-19 tertular dari permukaan benda.
Di samping itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga telah memperingatkan bahwa penyemprotan disinfektan ke tubuh manusia berbahaya bagi membran mukosa tubuh seperti mata dan mulut. Disinfektan pun berpotensi terhirup sehingga menyebabkan masalah pernapasan.
Ridwan Kamil Tunggu WHO
Menanggapi kritik tersebut, Ridwan Kamil menyatakan menunggu petunjuk WHO mengenai penyemprotan massal di jalan.
“Kalau dinyatakan masih efektif, kita lakukan, kalau tidak, kita perintahkan untuk diberhentikan,” ujarnya, Jumat (3/4).
Pria yang akrab disapa Emil itu menyatakan telah mencabut seluruh bilik disinfeksi di Gedung Sate begitu tahu WHO tidak merekomendasikannya. [rt/em]