Setiap tahunnya pada musim panas, ribuan pengendara motor besar berkumpul di Virginia untuk memperingati korban serangan 11 September. Salah satunya adalah Derek Spector, pemadam kebakaran dari Arlington, tak jauh dari Washington, DC. Setiap tahun, Derek membantu mengibarkan bendera penghormatan korban 11 September, berikut perang Irak dan Afghanistan.
"Saya rasa ini melambangkan segala sesuatu yang baik dengan negara ini. Tanpa politik dan partai pun, kami masih orang Amerika, kami masih jadi pemilik negara ini, tak pandang apa yang kami katakan atau lakukan. Dalam lubuk hati kami, kami masih percaya pada negeri dan nilai-nilai negeri ini," tutur Spector.
Tapi, pada kenyataannya, politik Amerika Serikat belakangan ini diwarnai ketegangan dan ketidakpuasan. "Tujuh tahun belakangan ini, orang-orang berpikir bahwa yang terjadi di negara ini tidak berada di jalur yang salah dan kebanyakan orang berpikir bahwa ini adalah dekade penurunan bagi Amerika sejak 9/11," ujar Mark Penn, seorang petugas jajak pendapat.
Kebijakan perang Irak dan Afghanistan pasca 11 September pun semakin memecah-belah bangsa Amerika.
"Kami sangat terpecah-belah, bahkan dalam isu keamanan nasional, di mana saya sangat ingin melihat kedua partai dapat saling sepakat. Kita sudah selama beberapa lama ini terpisah," ujar Clifford May, pengamat dari Lembaga Pembela Demokrasi (Foundation for Defense of Democracies).
Pada peringatan 10 tahun 11 September ini, Amerika Serikat tengah menarik pasukannya dari Irak, serta mulai menarik pasukan dari Afghanistan tahun depan.
Saat ini saat Gedung Putih berada di tangan Partai Demokrat, dan pro-kontra mengenai isu keamanan memiliki dinamika cukup unik. Massa partai oposisi Republik cenderung mendukung perang Irak dan Afghanistan, sementara basis massa Presiden Barack Obama cenderung menolaknya karena dianggap membebani anggaran negara di saat perekonomian sedang sulit
Memasuki 10 tahun sejak serangan 11 September, kekhawatiran utama rakyat Amerika memang tak lagi tertuju pada terorisme internasional, tetapi lebih pada keterpurukan ekonomi dan tingginya angka pengangguran.