Kepolisian federal AS (FBI) menerbitkan peringatan baru untuk mewaspadai kemungkinan penggunaan pesawat ringan charteran untu melakukan aksi teror.
Menurut pengamat intelijen berbagai langkah pengamanan yang diterapkan pasca serangan 11 September memang membuat kelompok teroris beralih ke rencana serangan skala kecil.
"Beberapa serangan kecil sama menakutkannya dengan satu serangan skala besar," ujar Brad Garret, seorang pengamat intelijen.
Tahun lalu, seorang warga yang marah pada pemerintah menabrakkan pesawat ringan ke kantor Dinas Pajak di Austin, negara bagian Texas. Peristiwa ini menewaskan dua orang. Aparat khawatir bila teroris berpikir melakukan hal yang sama.
Pesawat ringan ada di mana-mana, termasuk di kota penuh simbol-simbol nasional seperti Washington, DC. Dalam radius dua puluh kilometer dari Gedung Putih saja, terdapat setidaknya empat sekolah penerbangan yang masing-masing menggunakan pesawat ringan untuk melatih muridnya.
Menanggapi ancaman ini, aparat sebenarnya cukup sigap. Setidaknya, menurut Rudi Dekkers, seorang pelatih pilot. Pusat pelatihan Dekkers dulunya digunakan dua pembajak dalam serangan 11 September. Sekarang warga asing tidak bisa lagi berlatih terbang di AS, tanpa sebelumnya disaring oleh aparat berwenang yaitu Otoritas Keamanan Transportasi (TSA). Hanya saja, menurut Dekkers, warga asing pemegang sertifikasi pilot luar negeri dapat dengan mudah menyewa pesawat ringan di Amerika tanpa pengecekan latar belakang (background check).
Yang menambah rumit pekerjaan aparat, ada sekitar 228.000 pesawat ringan di seluruh Amerika. Terlalu banyak untuk dipantau satu persatu.