Tautan-tautan Akses

Jaksa Agung AS: 21 Korban Penembakan Massal di SD Texas ‘Berhak Mendapat Perlindungan yang Lebih Baik’ dari Polisi 


Seniman Abel Ortiz (kiri) menjelaskan mural yang dibuat untuk para korban penembakan di sekolah di Texas kepada Jaksa Agung AS Merrick Garland dalam kunjungan Garland ke Uvalde, Texas, pada 17 Januari 2024. (Foto: AP/Eric Gay)
Seniman Abel Ortiz (kiri) menjelaskan mural yang dibuat untuk para korban penembakan di sekolah di Texas kepada Jaksa Agung AS Merrick Garland dalam kunjungan Garland ke Uvalde, Texas, pada 17 Januari 2024. (Foto: AP/Eric Gay)

Polisi gagal menangani penembakan massal di sebuah sekolah dasar di Kota Uvalde, Texas yang menewaskan 19 murid dan dua guru pada tahun 2022 lalu, demikian kesimpulan Departemen Kehakiman AS pada hari Kamis (18/1), sambil mengatakan bahwa para korban “berhak mendapat perlindungan yang lebih baik” dari polisi.

Laporan tersebut menyalahkan aparat penegak hukum karena menunggu lebih dari satu jam untuk mendobrak ruang kelas tempat pelaku penembakan yang berusia 18 tahun bersembunyi bersama 33 murid dan tiga guru, meski telah menerima telepon permintaan tolong dari para pelajar di dalam ruangan tersebut.

“Para korban dan penyintas penembakan massal di Sekolah Dasar Robb berhak mendapat perlindungan yang lebih baik,” kata Jaksa Agung Merrick Garland dalam konferensi pers di Uvalde, sambil menambahkan bahwa langkah yang diambil aparat kepolisian untuk menangani penembakan massal itu “merupakan sebuah kegagalan yang seharusnya tidak terjadi.”

Laporan itu menyalahkan aparat yang berada di lokasi, yang tidak segera mengkonfrontasi pelaku yang bersembunyi di dua ruang kelas dengan pintu penghubung bersama para murid dan guru selama 77 menit hingga akhirnya tewas ditembak tim taktis polisi.

Laporan itu juga menemukan bahwa sejumlah aparat yang pertama kali tiba di lokasi sempat mencoba mendobrak ruang kelas itu, namun begitu menghadapi tembakan dari pelaku, aparat lantas menerapkan “skenario subjek yang membarikade diri,” bukan skenario penembakan aktif (active shooting) yang masih berlangsung.

Aparat, termasuk kepala kepolisian distrik sekolah setempat, fokus mengevakuasi ruang kelas lain dan meminta pengiriman lebih banyak polisi, namun meninggalkan para murid terjebak dengan pelaku, demikian temuan laporan itu.

Aparat menunggu di lorong sekolah, bahkan ketika salah seorang murid menelepon polisi dari dalam kelas itu sementara pelaku terus melepaskan tembakan, menurut laporan tersebut.

Laporan itu merinci hasil “Peninjauan Insiden Kritis” yang dilakukan departemen kehakiman terhadap respons aparat penegak hukum terhadap penembakan massal itu. Peninjauan itu dimulai beberapa hari setelah terjadinya penembakan atas permintaan Wali Kota Uvalde saat itu.

Laporan Departemen Kehakiman AS juga menyatakan kegagalan unsur kepemimpinan, dengan menyimpulkan bahwa tidak ada satu pun pejabat kepolisian yang bertanggung jawab di lokasi kejadian.

Laporan itu juga menemukan kesalahan cara komunikasi aparat dengan pihak keluarga dan publik, termasuk unggahan media sosial yang keliru, yang menyatakan bahwa para murid aman di dalam sekolah dan pelaku penembakan sudah ditangkap. Pejabat negara bagian dan Kota Uvalde kemudian menyampaikan narasi yang menyesatkan terkait penembakan tersebut saat konferensi pers, demikian laporan itu memaparkan.

Penembakan yang terjadi di kota terpencil di Texas, yang dilakukan oleh mantan murid SD itu, adalah salah satu penembakan massal di sekolah yang paling mematikan dalam sejarah AS. Sembilan belas murid, yang berusia sembilan hingga 11 tahun, tewas dibunuh bersama dua orang guru. [rd/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG