Presiden Donald Trump, Senin (31/8), membela Kyle Rittenhouse, remaja pria berusia 17 tahun yang dituduh membunuh dua pengunjuk rasa dan melukai sepertiga pengunjuk rasa selama demonstrasi di Kenosha, Wisconsin, minggu lalu.
Rittenhouse, seorang pendukung Trump dan penggemar polisi, berkendara dari dekat Illinois dengan senapan semi-otomatis AR-15 untuk membantu berpatroli di jalan-jalan Kenosha selama demonstrasi dan kerusuhan sipil setelah penembakan Jacob Blake. Blake, pria kulit hitam berusia 29 tahun, ditembak di punggungnya tujuh kali oleh polisi, membuatnya lumpuh sebagian.
Remaja tersebut dituduh melakukan pembunuhan sembrono tingkat pertama, pembunuhan sengaja tingkat pertama dan percobaan pembunuhan dengan sengaja tingkat pertama.
Namun, pengacara Rittenhouse mengklaim tindakan itu adalah pembelaan diri. Trump membela Rittenhouse saat memberi paparan di Gedung Putih, Senin (31/8), sehari sebelum presiden ke Kenosha untuk bertemu dengan pejabat penegak hukum dan pemilik bisnis yang rusak.
"Ia saya kira berusaha menjauh dari mereka" kata Trump, mengabaikan pertanyaan apakah ia akan mencela "tindakan warga" seperti Rittenhouse. "Ia jatuh, dan mereka menyerangnya dengan sangat kejam" lanjut Trump.
"Tapi ia dalam masalah besar. Ia mungkin bisa terbunuh," kata Trump.
Pernyataan presiden itu sebagian besar seperti yang disampaikan para pengacara Rittenhouse, yang mengklaim remaja itu hanya "membela diri dari serangan massa yang tak kenal lelah, ganas, dan berpotensi mematikan".
Meski demikian Jaksa setempat mengatakan tindakan Rittenhouse adalah kriminal.
Kedua laki-laki yang ditembak mati oleh Rittenhouse telah diidentifikasi sebagai Joseph Rosenbaum, seorang penduduk asli Texas berusia 36 tahun yang tinggal di Kenosha, dan Anthony Huber, penduduk setempat berusia 26 tahun. Korban ketiga, Gaige Grosskreutz, 26, selamat dari tembakan di lengannya. [my/ft]