Paus Fransiskus, pada Minggu (10/4), memulai Pekan Suci dengan seruan gencatan senjata di Ukraina guna memberi ruang bagi perundingan damai, menyoroti perlunya para pemimpin membuat “sejumlah pengorban bagi kebaikan rakyat.”
Misa Minggu Palma dimulai dengan prosesi puluhan imam dan uskup yang membawa daun palem dan zaitun melalui Lapangan Santo Petrus.
Paus, yang lututnya sedang sakit dan mengalami kesulitan berjalan, dibawa ke altar dengan mobil dan tidak mengikuti prosesi.
Ini merupakan pertama kali Paus merayakan Minggu Palma di depan banyak orang di Lapangan Santo Petrus sejak perebakan luas pandemi virus corona. Paus menyerukan agar semua “meletakkan senjata dan memulai gencatan senjata Paskah."
Paus tidak merujuk langsung pada invasi Rusia ke Ukraina, tetapi rujukannya jelas dan ia telah berulangkali mengecam perang dan penderitaan yang dialami warga sipil tidak berdosa.
Selama homili itu Paus mengatakan “ketika kita menggunakan kekerasan, kita kehilangan pandangan mengapa berada di dunia, dan akhirnya justru melakukan kekejaman yang tidak masuk akal.”
Paus menyesali “kematian suami dan anak-anak yang tidak adil,” pengungsi yang melarikan diri dari pemboman, anak-anak muda yang kehilangan masa depan dan “tentara yang dikirim untuk membunuh saudara dan saudari mereka sendiri.”
Umat Katolik merayakan Minggu Palma satu minggu sebelum Paskah untuk mengingat kedatangan Yesus di Yerusalem dengan menaiki seekor keledai, ketika ia disambut orang-orang dengan daun palem sebagai tanda penghormatan.
Umat Katolik memegang pohon palem dan cabang daun zaitun pada Misa Minggu Palma sebagai simbol perdamaian. [em/jm]