Warga Zimbabwe bersiap-siap untuk berkumpul di Harare untuk memberikan penghormatan terakhir kepada presiden Robert Mugabe.
Jenazah Mugabe akan dibaringkan di Stadion Rufaro di ibukota, Kamis (12/9), satu hari setelah tiba dari Singapura, sewaktu ia meninggal dunia Jumat lalu pada usia 95 tahun.
Pemerintah semula mengatakan upacara pemakaman kenegaraan akan diselenggarakan untuk Mugabe hari Sabtu, disusul dengan penguburannya hari Minggu di Taman Makam Pahlawan Nasional Harare, yang disediakan bagi mereka yang memimpin pembebasan negara itu dari pemerintah kolonial sewaktu negara itu dikenal sebagai Rhodesia.
Tetapi kerabat Mugabe telah menyatakan mereka juga merasakan kepedihan hatinya karena disingkirkan dari kekuasaan pada tahun 2017 dan ingin dimakamkan di Kutama, kota kelahirannya. Pemecatan Mugabe dipimpin oleh militer dan Emmerson Mnangagwa, mantan anak didik dan penggantinya.
Keponakan Mugabe, Leo, dikutip kantor berita AFP mengatakan bahwa pamannya ingin dibaringkan di Kutama pada hari Minggu, disusul upacara penguburan pribadi pada hari Senin atau Selasa.
Mugabe memimpin negara di bagian selatan Afrika itu selama 37 tahun, setelah berakhirnya kekuasaan minoritas kulit putih pada tahun 1980. Ia meninggalkan warisan yang pelik, sebagian memujinya sebagai pahlawan pembebasan negara itu, sebagian lagi mencercanya karena membuat ekonomi negara itu terpuruk, dengan hiperinflasi dan kelangkaan bahan makanan yang kronis, serta pemerintahan otokratik yang diwarnai kecurangan dalam pemilu dan ditindasnya para pembangkang. [uh/ab]