Para pengrajin di Masjid Al-Aqsa dengan hati-hati memotong pecahan kaca, memahat gipsum, menciptakan pola halus di bingkai jendela. Ini merupakan bagian dari pekerjaan merestorasi jendela yang rusak dalam bentrokan kekerasan antara warga Palestina dan polisi Israel di kompleks masjid itu pada Mei lalu.
Pekerjaan itu dilakukan di sebuah gudang di kaki Masjid Al-Aqsa, di mana empat pekerja bergantian membuat bingkai, memahat gipsum dan kemudian menaruh potongan-potongan kaca berwarna ke dalamnya.
Potongan-potongan kaca itu ditempatkan dengan sudut di mana cahaya matahari tidak menyinari langsung jamaah di dalam masjid.
"Kami berharap orang akan tahu pekerjaan yang kami lakukan, seperti memperbaiki gipsum, jendela dan sebagainya di Al-Aqsa dan Kubah Batu. Kapan pun perlu perbaikan, kami akan melakukannya demi Al-Aqsa," ujar Alaa Mokhtaseb, salah seorang pengrajin yang melakukan perbaikan di masjid itu.
Masjid Al-Aqsa adalah tempat suci ketiga umat Islam dan juga dikenal sebagai al-Haram al-Sharif. Ini juga merupakan tempat suci bagi umat Yahudi. Di sana terdapat dua tempat ibadah yang dihancurkan pada zaman dulu kala. Bagi umat Yahudi, tempat ini dikenal sebagai Temple Mount.
Banyak pertempuran maut yang berlangsung dalam konflik puluhan tahun di Timur Tengah terjadi sekitar tempat suci itu. Yang paling baru terjadi Mei lalu, sewaktu bentrokan kekerasan antara polisi Israel dan pengunjuk rasa Palestina memicu perang 11 hari antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.
Dalam kekerasan Mei lalu, polisi Israel menyerbu lokasi tersebut dan melontarkan granat kejut dan gas air mata ke arah warga Palestina yang melemparkan batu.
Sedikitnya delapan jendela kaca patri pecah atau rusak dalam bentrokan itu, kata Bassam Hallak, ketua komite restorasi Alaqsa yang mengawasi pekerjaan perbaikan di kompleks tersebut.
Hallak mengatakan mereka kerap menghadapi kesulitan karena pihak berwenang Israel memblokir akses ke material yang diperlukan.
"Kami meminta lima liter cat, mereka hanya memberi izin untuk setengah liter. Ini semacam tekanan bagi kami, mereka terlibat dalam semua hal," katanya.
Warga Palestina telah lama khawatir Israel mungkin mengubah situasi di kompleks Masjid Al-Aqsa dan menyekat lokasi itu, mirip dengan situasi di tempat suci di Hebron yang disebut Muslim sebagai Masjid Ibrahimi dan oleh umat Yahudi sebagai Makam Para Leluhur.
Hallak mengatakan perlu waktu sedikitnya enam bulan untuk memperbaiki satu jendela dan kacanya sebagian besar didatangkan dari Italia.
Israel merebut wilayah masjid itu bersama dengan seluruh Yerusalem Timur dan kawasan tembok Kota Tua dalam Perang Timur Tengah tahun 1967 dan kemudian menganeksasinya. Ini adalah langkah yang tidak diakui oleh sebagian besar masyarakat internasional.
Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara merdeka mereka kelak.
Perang 11 hari antara Israel dan kelompok militan Hamas yang berkuasa di Gaza pada Mei lalu menewaskan lebih dari 260 orang Palestina dan 13 orang Israel. Ini adalah perang keempat antara kedua musuh bebuyutan itu sejak Hamas merebut Gaza pada tahun 2007.
Pesawat Israel menggempur ratusan target di Gaza, sementara Hamas meluncurkan lebih dari 4.000 roket ke Israel.
Kekerasan itu juga meluas menjadi bentrokan antara warga Yahudi dan Arab di dalam wilayah Israel. Di Gaza, puluhan ribu rumah rusak dan lebih dari 2.000 lainnya hancur. [uh/ab]