Jepang pada Selasa (26/11) menekankan bahwa masalah di Selat Taiwan perlu "diselesaikan secara damai" sewaktu menteri-menteri luar negeri dari negara-negara industri terkemuka bertemu pejabat dari Asia dan kawasan Indo-Pasifik pada pembicaraan G7 di Italia.
Sesi pada Selasa sore didedikasikan untuk kawasan Indo-Pasifik dan meningkatnya ketegangan yang melibatkan Taiwan dan Filipina.
Menteri dari India, Indonesia, Filipina, dan Korea Selatan juga menghadiri pertemuan tersebut.
"Jepang dan juga anggota G7 lainnya memiliki sikap bahwa kami menghormati dan memahami sikap China dan prinsip Satu-China, namun masalah Selat Taiwan perlu diselesaikan secara damai," kata Mariko Kaneko, juru bicara kementerian luar negeri Jepang, setelah pembicaraan tersebut.
Selain isu Taiwan, para menteri juga membahas meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.
Konfrontasi antara penjaga pantai dan angkatan laut China dan Filipina di jalur laut yang disengketakan itu telah meningkat secara mengkhawatirkan sejak tahun lalu.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. menandatangani dua undang-undang yang menegaskan kembali luas wilayah maritim negaranya dan hak atas sumber daya, termasuk di Laut China Selatan. Hal tersebut membuat marah China, yang mengklaim hampir seluruh wilayah perairan yang disengketakan itu.
Kementerian luar negeri China mengatakan telah memanggil duta besar Filipina untuk China dan mengajukan "protes keras." Kementerian itu mengecam tindakan tersebut, menilainya sebagai upaya "memperkuat putusan ilegal kasus arbitrase Laut China Selatan melalui undang-undang domestik."
"Kami mendukung tindakan Filipina dan kami prihatin terhadap kegiatan berbahaya yang telah dilakukan China tahun lalu terhadap kapal-kapal Filipina di Laut Cina Selatan," kata Kaneko.
G7 terdiri dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan AS, ditambah Uni Eropa. Perwakilan dari negara-negara termasuk Mesir, Ukraina, India, Filipina, dan Korea Selatan diundang ke beberapa sesi penjangkauan. [ka/jm]
Forum