Operator pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Jepang akan mulai melepaskan ribuan liter air limbah radioaktif yang telah diolah dari fasilitas yang rusak itu ke laut pada Kamis (24/8).
PM Fumio Kishida mengumumkan pada Selasa (22/8) bahwa ia memberi izin Tokyo Electric Power Company untuk memulai proses itu, tetapi tergantung pada kondisi cuaca.
PLTN itu tidak dapat beroperasi sejak 11 Maret 2011, ketika gempa berkekuatan 9,0 magnitudo memicu tsunami yang melanda kawasan timur laut Jepang sebelum mencapai prefektur Fukushima.
Gelombang tinggi mematikan sistem pendingin dan catu daya PLTN tersebut serta menyebabkan pelelehan tiga reaktor, mengirimkan radiasi dalam jumlah besar ke udara dan memaksa evakuasi ratusan ribu warga, membuatnya sebagai bencana nuklir terburuk di dunia setelah bencana Chernobyl 1986.
Air yang kini tercemar itu telah digunakan untuk mendinginkan batang-batang bahan bakar nuklir setelah bencana. Jepang mengatakan air itu telah diencerkan ke level yang lebih rendah daripada standar internasional dan akan dilepaskan perlahan-lahan ke laut selama beberapa dekade.
Dalam lawatan ke Jepang pada bulan lalu, Dirjen Badan Energi Atom Internasional PBB Rafael Grossi mengatakan rencana untuk melepaskan limbah radioaktif yang telah diolah dari Fukushima memenuhi standar keamanan global dan “memiliki dampak radiologis yang dapat diabaikan terhadap orang dan lingkungan.”
Namun, berbagai organisasi perikanan Jepang menentang keras rencana pelepasan itu, dengan mengatakan hal tersebut akan merusak reputasi mereka di kalangan negara-negara tetangga Jepang terkait kemungkinan kontaminasi wilayah penangkapan ikan di dekat Fukushima.
Korea Selatan dan China juga menyatakan keberatan atas pelepasan limbah radioaktif itu. Beijing sejauh ini telah melarang impor makanan laut dari beberapa prefektur Jepang dan melakukan tes radiasi terhadap impor makanan laut dari lokasi-lokasi lainnya. [uh/ab]
Forum