Tautan-tautan Akses

Jepang Desak China Bebaskan Warganya yang Dipenjara atas Tuduhan Mata-mata


Bendera China dan Jepang terlihat dalam sebuah ilustrasi. Jepang mendesak China untuk membebaskan seorang warga negaranya yang dijatuhi hukuman 12 tahun penjara atas tuduhan spionase. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)
Bendera China dan Jepang terlihat dalam sebuah ilustrasi. Jepang mendesak China untuk membebaskan seorang warga negaranya yang dijatuhi hukuman 12 tahun penjara atas tuduhan spionase. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)

Jepang mendesak China untuk membebaskan seorang warga negaranya yang dijatuhi hukuman 12 tahun penjara atas tuduhan spionase, kata juru bicara pemerintah Tokyo, Senin (13/11).

“Kami mengetahui bahwa pada tanggal 3 November, putusan 12 tahun penjara terhadap seorang pria Jepang berusia 50-an tahun, yang ditahan pada bulan Juli 2019, telah diselesaikan, karena bandingnya ditolak” di pengadilan tinggi di Provinsi Hunan, China, kata Hirokazu Matsuno kepada wartawan. “Pemerintah Jepang akan terus menawarkan segala dukungan yang kami bisa dari sudut pandang melindungi warga negara Jepang,” tambahnya.

Ketika ditanya tentang kasus ini, Kementerian Luar Negeri China menolak memberi rincian, dan malah merujuk kantor berita AFP ke “otoritas yang kompeten." “Apa yang dapat saya sampaikan kepada Anda adalah bahwa China adalah negara yang diperintah berdasarkan supremasi hukum, menangani kasus terkait sesuai dengan hukum dan melindungi hak dan kepentingan sah pihak-pihak terkait,” kata juru bicara Mao Ning pada konferensi pers rutin, Senin.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, kiri, dan Presiden China Xi Jinping berjabat tangan saat pertemuan mereka di sela-sela forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik, 17 November 2022, di Bangkok. (Foto: Kyodo melalui AP)
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, kiri, dan Presiden China Xi Jinping berjabat tangan saat pertemuan mereka di sela-sela forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik, 17 November 2022, di Bangkok. (Foto: Kyodo melalui AP)

Sejak amandemen undang-undang antispionase China mulai berlaku pada tahun 2015, setidaknya 17 orang Jepang telah ditahan oleh otoritas China, menurut Kementerian Luar Negeri Jepang. Bulan lalu, kedutaan Jepang mengkonfirmasi bahwa salah satu warganya – seorang karyawan perusahaan farmasi Jepang Astellas – ditangkap secara resmi, beberapa bulan setelah Beijing mengatakan pihaknya menahan pria tersebut atas tuduhan mata-mata.

Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dijadwalkan menghadiri KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di San Francisco minggu ini. Namun Matsuno mengatakan "tidak ada rencana pasti mengenai pertemuan puncak Jepang-China" di sela-sela pertemuan tersebut.

Media-media lokal Jepang melaporkan bahwa diplomat dari kedua pihak berupaya mengadakan pertemuan antara para pemimpin di San Francisco. Jika Xi dan Kishida benar-benar mengadakan pembicaraan, agendanya kemungkinan besar akan mencakup warga negara Jepang yang ditahan oleh China, kantor berita Jepang Jiji melaporkan, mengutip sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya.

Kishida juga akan membahas larangan China terhadap impor makanan laut Jepang setelah pembuangan air limbah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang lumpuh di Tokyo, lapor Jiji.

Beijing juga telah menahan sejumlah orang, baik warga Jepang maupun China, dalam beberapa tahun terakhir atas tuduhan melakukan kegiatan mata-mata untuk negara tetangganya tersebut.

Saingan abadi di Asia Timur, ketegangan antara China dan Jepang telah lama berkobar karena sengketa wilayah, sejarah kolonial Tokyo, dan konflik lainnya.

Ketegangan meningkat sejak Tokyo tahun ini mulai membuang air limbah yang telah diolah dari lokasi bencana nuklir Fukushima, tindakan yang menurut badan-badan internasional aman. Namun Beijing mengecam tindakan tersebut karena dianggap tidak bertanggung jawab. [ab/ka]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG