Juru bicara pemerintah Jepang pada Jumat (1/12) mengemukakan keprihatinan karena militer AS masih terus menerbangkan pesawat Osprey di negara itu tanpa memberi informasi yang memadai mengenai kecelakaan fatal pekan ini di bagian barat daya negara itu. Jepang telah berulangkali meminta informasi mengenai kecelakaan itu.
Seorang awak tewas dan tujuh lainnya hilang, bersama dengan pesawat tersebut, dalam kecelakaan pada Rabu (29/11). Kecelakaan yang terjadi dalam misi pelatihan itu masih terus diselidiki.
Operasi pencarian diperluas pada Jumat dengan tambahan personel militer AS. Sementara kapal-kapal militer dan garda pantai Jepang berfokus pada pencarian di bawah laut dengan menggunakan sonar.
Pentagon pada Kamis (30/11) mengatakan pesawat Osprey AS terus beroperasi di Jepang, dan wakil juru bicara Sabrina Singh mengatakan ia tidak tahu ada permintaan resmi dari Jepang untuk mengandangkan pesawat tersebut.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno, Jumat (1/12), mengatakan “kami prihatin dengan berlanjutnya penerbangan Osprey terlepas dari permintaan berulang dari kami dan tidak adanya penjelasan yang memadai mengenai keselamatannya” dari militer AS.
Osprey adalah pesawat hibrida buatan AS yang dapat lepas landas dan mendarat seperti helikopter. Baling-balingnya dapat memutar ke depan dan melaju dengan lebih cepat, seperti pesawat terbang, dalam penerbangannya.
Osprey telah mengalami sejumlah kecelakaan, termasuk di Jepang, di mana pesawat ini digunakan di pangkalan-pangkalan militer AS dan Jepang, dan kecelakaan terakhir ini kembali menimbulkan kekhawatiran mengenai masalah keselamatan.
Para pejabat Jepang mengatakan mereka meminta militer AS untuk menghentikan penerbangan Osprey di Jepang, kecuali bagi pesawat jenis itu yang terlibat dalam operasi pencarian.
Menteri Pertahanan Minoru Kihara mengatakan ia bertemu dengan Komandan Pasukan AS di Jepang, Letjen Ricky Rupp, pada Kamis sore dan mengulangi permintaannya agar penerbangan Osprey baru dilakukan lagi setelah keamanan pesawat itu dikukuhkan. Ia mengakui bahwa ia tidak secara spesifik menggunakan kata-kata “mengandangkan” atau “menangguhkan” penerbangannya.
Kihara mengatakan ia meminta Rupp menjelaskan langkah-langkah yang telah diambil bagi penerbangan Osprey di Jepang sebagai tanggapan atas atas kecelakaan itu.
Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa pada Kamis melangsungkan pertemuan dengan Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel dan meminta AS “agar segera memberikan informasi kepada pihak Jepang.”
Komando Operasi Khusus Angkatan Udara AS mengatakan Osprey CV-22B yang mengalami kecelakaan itu adalah satu dari enam pesawat yang ditempatkan di Pangkalan Udara Yokota, markas bagi Pasukan AS di Jepang dan Angkatan Udara ke-5, dan ditugaskan ke Sayap Operasi Khusus ke-353.
Pesawat itu bertolak dari Pangkalan Udara Korps Marinir AS Iwakuni di prefektur Yamaguchi dan jatuh dalam perjalanannya ke Pangkalan Udara Kadena di Okinawa, kata para pejabat Jepang.
Secara keseluruhan ada 44 Osprey yang ditempatkan di pangkalan-pangkalan militer AS dan Jepang di Jepang. Di Okinawa, di mana sekitar setengah dari 50 ribu tentara Amerika di Jepang bermarkas, Gubernur Denny Tamaki meminta Kementerian Pertahanan dan Luar Negeri Jepang untuk meminta militer AS agar menangguhkan semua penerbangan Osprey di Jepang, termasuk dalam operasi pencarian.
“Sangat disayangkan bahwa Osprey masih terbang di Okinawa,” kata Tamaki dalam sebuah pernyataan pada Kamis. “Saya sangat meragukan keselamatan Osprey, bahkan untuk operasi pencarian dan penyelamatan mereka.” [uh/em]
Forum