Jepang mengumumkan defisit perdagangan tahunannya yang pertama dalam lebih dari 30 tahun, sementara tidak berfungsinya sebagian pembangkit listrik tenaga nuklir telah memaksa negara itu mengimpor lebih banyak energi dan naiknya nilai yen memperlamban ekspor.
Jumlah keseluruhan ekspor menyusut 2,7 persen sementara naiknya nilai yen membuat ekspor Jepang lebih mahal bagi para pembeli asing.
Sementara itu, impor naik 12 persen karena gempa bumi dan tsunami yang terjadi bulan Maret tahun 2011 di Jepang telah memaksa hampir semua PLTN tidak beroperasi, yang menyebabkan negara yang miskin sumber daya itu bergantung pada impor bahan bakar yang mahal.
Nilai yen beberapa kali naik terhadap dolar dalam tahun 2011 ketika para penanam modal berbondong-bondong membeli mata uang Jepang yang relatif stabil selagi keguncangan ekonomi melanda Eropa dan Amerika.