Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle telah mendesak Serbia dan Kosovo agar segera menyelesaikan sengketa perbatasan mereka, seraya mengatakan bahwa Serbia tidak akan dibiarkan membagi Kosovo berdasarkan etnis.
Setelah bertemu dengan Perdana Menteri Kosovo Hashim Thaci hari Kamis di Pristina, Westerwelle mengatakan dialog antara kedua pihak diperlukan, dan ia mendesak mereka agar mengatasi ketegangan etnis yang meningkat akibat pemisahan Kosovo dari Serbia pada tahun 2008.
Kemerdekaan Kosovo diakui oleh 77 negara, tetapi ditentang keras oleh Serbia.
Westerwelle menekankan kerjasama bukannya konfrontasi, seraya menyatakan waktu untuk perang dan konflik berdasarkan etnis harus berakhir di Eropa. Menteri Luar Negeri Jerman itu mengatakan, masa depan perdamaian Eropa dipertaruhkan dan penting bagi kedua pihak untuk menghormati perbatasan. Seperti yang ia katakan, “Peta kawasan telah ditetapkan.”
Menteri Luar Negeri Jerman itu adalah pejabat tinggi Eropa pertama yang mengunjungi Kosovo sejak bentrokan dengan kekerasan di kawasan bulan lalu.
Kosovo dan Serbia terlibat sengketa perbatasan menyusul upaya Kosovo untuk merebut dua perlintasan perbatasan di wilayah utara yang didominasi Serbia dan menegakkan larangan terhadap barang-barang Serbia. Warga Serbia di Kosovo Utara bereaksi dengan mendirikan barikade-barikade untuk mencegah polisi Kosovo mengambil alih perlintasan tersebut. Seorang polisi keturunan Albania dibunuh dan beberapa orang lainnya luka-luka dalam bentrokan selanjutnya.
Pasukan pemelihara perdamaian NATO turun tangan dan mengambil alih perlintasan-perlintasan perbatasan berdasarkan perjanjian dengan pemerintah Kosovo, yang menarikan polisi khususnya. Setelah polisi ditarik, segerombolan penyerang Serbia membakar salah satu pos perbatasan dan menembaki pasukan NATO yang dikirim untuk memadamkan kekerasan. Pasukan NATO akan terus menjaga pos tersebut hingga pembiaraan antara kedua negara dimulai kembali bulan depan.