Menteri Luar Negeri Jerman hari Senin (17/4) mengimbau oposisi Albania agar berhenti memboikot parlemen, tidak menghalangi peluncuran reformasi keadilan dan ikut serta dalam pemilihan parlemen Juni nanti.
Menlu Sigmar Gabriel, yang berkunjung ke ibukota Albania, Tirana, mengatakan Jerman dan Uni Eropa tidak bisa memahami tuntutan oposisi bagi pemerintah sementara hanya beberapa minggu sebelum pemilu 18 Juni.
Oposisi, yang dipimpin Partai Demokrat, menyatakan akan memboikot pemilihan parlemen kecuali kalau pemerintah sementara memimpin negara itu mengadakan pemungutan suara. Dikatakan, Kabinet akan memanipulasi suara dengan uang suap, dan menolak berunding. Sejak pertengahan Februari, pendukung menutup jalan utama di Tirana, mendirikan tenda di depan kantor Perdana Menteri Edi Rama. Oposisi yang memboikot parlemen juga menghalangi peluncuran reformasi peradilan, yang dinilai penting bagi dimulainya negosiasi keanggotaan Uni Eropa dengan Brussels.
Korupsi di peradilan Albania menjadi kendala utama pembangunan Albania pasca-komunis.
Reformasi peradilan yang disetujui dengan suara bulat tahun lalu, dan disiapkan dengan bantuan pakar Uni Eropa dan Amerika, sejauh ini dihambat boikot oposisi. Parlemen perlu membentuk badan pemeriksa yang akan mempelajari latar belakang sekitar 800 hakim dan jaksa. Menurut oposisi, badan itu bisa menjadi sasaran manipulasi.
Menteri Luar Negeri Belanda yang juga berkunjung ke Tirana hari Senin, menyerukan oposisi agar mengakhiri boikot. [ka/jm]