Presiden Joko Widodo kembali menekankan perlunya tetap menjaga persatuan ditengah ancaman radikalisme dan perang dagang di era global. Ketika menghadiri kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren An Najah, Sragen Jawa tengah, Sabtu malam (14/7), di hadapan ribuan santri dan warga sekitar, Presiden menegaskan masyarakat agar menjaga persatuan dan keragaman etnis budaya sebagai kekayaan bangsa.
Presiden mengungkapkan Pancasila sebagai ideologi bagi bangsa Indonesia.
“Indonesia memiliki beragam adat, tradisi suku maupun agama, kita tetap satu karena memiliki ideologi Pancasila. Kita harus bersatu menghadapi tantangan maupun ancaman besar yang semakin sulit jika kita tidak bersatu. Mereka yang kita hadapi ada perang dagang, radikalisme, revolusi industri, dan sebagainya. Saya mengajak untuk terus menjaga ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah. Jangan sampai karena pilkada maupun pilpres, berbeda pilihan atau pandangan politik membuat kita tidak saling sapa, merusak pertemanan, dan membuat saling berburuk sangka.Jangan sampai seperti itu, kita harus tetap rukun. Jangan mau diprovokasi, dikompori,” kata Jokowi.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi juga memberi hadiah kepada sejumlah santri yang bersedia maju dan hafal isi Pancasila. Bayu, santri asal Ngawi Jawa timur yang sudah 5 tahun belajar di pondok pesantren itu menerima hadiah sepeda dari Presiden setelah lancar menyebutkan isi Pancasila dengan lantang.
Presiden Jokowi selama akhir pekan ini, Sabtu – Minggu (14-15/7) berada di Solo dan melakukan kunjungan kerja ke sejumlah Pesantren antara lain Pesantren An Najah Sragen dan Pesantren Majlis Tafsir Al Quran MTA di mojogedang Karanganyar. Presiden juga direncanakan akan melakukan kunjungan kerja ke Yogyakarta.
Namun, Sabtu petang (14/7) terjadi baku tembak antara polisi anti teror dengan beberapa terduga anggota kelompok jaringan teroris yang sempat menyandera seorang warga di Jalan Kaliurang Yogyakarta.
Dua polisi mengalami luka akibat diserang menggunakan senjata tajam dan 3 terduga anggota kelompok jaringan teroris itu ditembak mati, satu anggota lainnya kabur. Polisi masih melakukan pengejaran atas anggota kelompok yang kabur tersebut. Polisi menyita senjata api dan 5 senjata tajam milik kelompok jaringan teroris ini.
Aksi yang terjadi di Yogyakarta ini menambah daftar panjang aksi radikalisme di Indonesia. Sebelumnya, aksi berupa ledakan bom mengguncang 4 lokasi di Jawa Timur yang melukai puluhan warga dan menewaskan pelaku pengeboman. [ys/ii]