Penasihat Senior Gedung Putih, Jared Kushner, pada Selasa (22/12) memimpin delegasi dari Israel ke Maroko dalam penerbangan komersial langsung pertama sejak kedua negara setuju menjalin hubungan diplomatik penuh awal bulan ini. Hubungan diplomatik Israel-Maroko adalah bagian dari normalisasi hubungan Israel dan negara-negara Arab yang dimediasi Amerika Serikat (AS).
Setibanya di Rabat, Kushner bersama penasihat Keamanan Nasional Israel Meir Ben-Shabbat dan anggota-anggota delegasi AS-Israel mengunjungi makam Raja Mohammed V dan kemudian bertemu dengan delegasi Maroko.
Kushner, yang juga merupakan menantu Presiden Donald Trump, telah mengawasi pemulihan hubungan diplomatik antara Israel dan Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko dalam perjanjian bersejarah yang juga membuat mereka mendapat konsesi yang besar dari AS.
Sebagai bagian dari perjanjian itu, Maroko akan mendapat pengakuan Amerika atas pencaplokan wilayah Sahara Barat pada 1975 yang disengketakan, yang tidak diakui oleh PBB. Maroko sendiri adalah rumah bagi komunitas Yahudi yang jumlahnya kecil, tetapi sudah berumur ratusan tahun dan telah sejak lama menyambut baik wisatawan Israel.
Keputusan Amerika untuk mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat telah memicu kecaman luas dari PBB dan sekutu-sekutu Amerika di Afrika dan sekitarnya.
Sebagian pengamat Afrika mengatakan hal itu dapat mengganggu stabilitas yang lebih luas di kawasan yang sudah berjuang keras melawan pemberontakan Islamis dan perdagangan migran.
Kushner dan Meir Ben-Shabbat dijadwalkan bertemu dengan Raja Maroko Abdullah VI dan pejabat-pejabat tinggi lainnya.
Warga Israel dari beragam latar belakang menyambut baik perjanjian normalisasi hubungan ini setelah bertahun-tahun dijauhi oleh dunia Arab karena konflik yang tak kunjung selesai dengan Palestina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Lior Haiat menyebut pemulihan hubungan itu tidak saja sebagai kabar baik bagi warga kedua negara, tetapi juga warga di seluruh kawasan itu karena mengirim pesan perdamaian di wilayah yang biasanya dikenal karena konflik dan perang.
Arab Saudi, negara besar di kawasan yang memiliki hubungan dekat dengan Maroko, telah memberikan dukungan secara diam-diam bagi perjanjian normalisasi itu dan akan menjadi negara berikutnya yang memulihkan hubungan dengan Israel.
Perjanjian, yang disebut sebagai “Abraham Accords,” ini akan menjadi pencapaian kebijakan luar neger utama oleh pemerintah Trump.
Presiden terpilih Joe Biden menyambut baik perjanjian itu, meskipun ia bertekad akan menjalankan kebijakan berbeda di kawasan itu, termasuk memulihkan perjanjian nuklir Iran dengan negara-negara adidaya dunia. [em/pp]