Jumlah migran yang melintas masuk ke Hungaria secara ilegal menurun tajam hari Selasa (15/9), sementara puluhan orang dilaporkan melintas masuk Kroasia melalui Serbia.
Pemerintah Hungaria mengatakan hari Rabu, mereka hanya menangkap 366 migran ilegal, Selasa, hari pertama operasi pelaksanaan UU ketat baru Hungaria yang menghukum orang-orang yang masuk ke negara itu secara ilegal. Sehari sebelumnya, Senin, polisi mengatakan, jumlah migran yang masuk Hungaria mencapai rekor, yakni 9.380 orang dalam satu hari.
Arus migran tampaknya beralih ke Selatan. Puluhan migran terlihat memasuki Kroasia dari Serbia, Selasa. Bus-bus padat penumpang terlihat bergerak meninggalkan kota Presevo di Serbia.
Menteri Dalam Negeri Kroasia, Ranko Ostojic, mengatakan, dalam sebuah acara perbincangan yang disiarkan melalui televisi, Selasa, Kroasia telah bersiap menanggulangi arus migran dan akan memberlakukan rencana darurat jika diperlukan.
Juga Selasa, Serbia mengatakan, tidak mampu menangani besarnya jumlah migran yang berkumpul di wilayah-wilayah perbatasan mereka setelah Hungaria menolak para migran itu.
Menteri Luar Negeri Serbia Ivica Dacic, mengatakan negaranya bukan tempat berkumpul para migran. Ia mengatakan, ia tidak bisa menampung para migran yang kembali ke Serbia setelah gagal melintasi Hungaria, apalagi Serbia juga dibanjiri semakin banyak pengungsi dari Yunani dan Macedonia.
Para pejabat Hungaria mengatakan, Selasa, negara itu menutup dua pintu masuk perbatasannya karena kontrol yang tidak memadai di pihak Serbia. Hungaria menyatakan keadaan darurat di dua kabupatennya di bagian Selatan negara itu.
Perdana Menteri Kroasia Zoran Milanovic mengkritik tindakan Hungaria dan mengatakan negaranya siap menerima arus migran yang melarikan diri dari Suriah dan negara-negara lain di Timur Tengah yang dilanda perang.
Ketika para migran masuk ke Kroasia dari perbatasan barat Serbia, pihak berwenang segera mengirim pakar penjinak ranjau ke perbatasan itu, untuk menandai ladang-ladang ranjau sisa perang Balkan tahun 1990-an.
Hungaria membela penutupan perbatasannya, dan mengatakan, itu untuk melindungi wilayahnya terhadap masuknya arus migran ekonomi, dan bukan migran yang melarikan diri dari penganiayaan di tanah air mereka.
Sementara itu, walaupun menyambut beberapa ratus ribu pengungsi, Kabinet Kanselir Jerman Angela Merkel menyerukan perluasan operasi angkatan laut negara itu di Laut Tengah, untuk menghalangi pedagang manusia mengangkut lebih banyak migran dari Libya dan tempat-tempat lain dengan kapal-kapal reyot yang penuh sesak ke pantai-pantai Yunani dan Italia.
Kalau parlemen Jerman menyetujui, kira-kira 950 personil militer akan digunakan dalam operasi itu.