Para pemilih di seluruh Amerika membanjiri tempat-tempat pemungutan suara TPS tak lama setelah dibuka jam 6 Selasa (8/11). VOA memantau langsung di beberapa TPS dimana pemilih harus antri antara satu setengah hingga dua jam untuk memberikan suara mereka. Polisi dan tim pemantau pemilu tampak di lokasi. Meskipun secara keseluruhan pemungutan suara berlangsung lancar, tetapi ada sejumlah laporan kasus intimidasi mulai dari Texas hingga Pennsylvania.
Warga Padati TPS Sejak Pagi Hari
Ditemui di TPS di sekolah dasar Magnum Magnet New York, Joan yang berusia 70 tahun mengatakan sangat kaget melihat antusiasme warga memberikan suara.
“Baru sekali ini saya melihat orang dari berbagai kalangan dan kelompok usia berbondong-bondong datang ke TPS. Bukankah ini sangat luar biasa? Saya sendiri tak sabar ingin menyampaikan suara setelah mengikuti kampanye lebih dari setahun ini,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Jeff Grimwood yang datang ke TPS yang sama sejak jam 7 pagi dan kemudian membantu membuka sebuah tempat jajanan bagi pemilih yang ingin beristirahat.
Ia mengatakan, “Saya rasa kampanye yang berlangsung sangat sengit membuat banyak warga yang biasanya apolitis akhirnya jadi datang ke TPS dan rela antri berjam-jam untuk memberikan suara mereka. Saya kira ketika akhirnya mereka datang, mereka sudah punya pilihan yang sangat jelas.”
Jumlah Pemilih Naik Drastis, Partai Demokrat Yakin Menang
Besarnya jumlah pemilih yang memberikan suara menjadi salah satu alasan yang membuat Ketua Tim Kampanye Partai Demokrat John Podesta yakin akan memenangkan pemilu ini. Diwawancarai VOA di Jacob Javits Convention Center, tempat berlangsungnya “malam pemilu” kubu Partai Demokrat, Podesta mengatakan, “Kami merasa sangat percaya diri, apalagi selama tiga hari terakhir ini kami berhasil melakukan kontak dengan lebih dari 21 juta pemilih. Kami juga mengakhiri kampanye dengan cara yang sangat luar biasa, yang dihadiri oleh Presiden Obama dan Ibu Negara Michelle Obama, juga selebriti seperti Jon Bon Jovi dan Bruce Springsteen di Philadelphia, dan Lady Gaga di North Carolian. Saya kira Clinton telah menyampaikan semua yang ingin disampaikannya dan kami menyelesaikan kampanye presiden ini dengan sangat indah dan memberi pesan yang sangat kuat. Saya kira kita berhasil melakukan hal-hal yang lebih baik dibanding yang dicapai Presiden Obama tahun 2008.”
Podesta Yakin Hanya Hillary Clinton yang Bisa Menyatukan Perbedaan Tajam Pasca Pemilu
Menjawab pertanyaan VOA apakah presiden yang terpilih nanti bisa menyatukan perpecahan tajam yang ada selama kampanye sengit satu setengah tahun terakhir ini, Podesta mengatakan ia yakin hanya Clinton yang mampu melakukannya.
“Clinton sudah berpengalaman sejak menjadi sukarelawan, senator, ibu negara hingga menteri luar negeri Amerika bahwa ia harus senantiasa merangkul siapapun. Ia senantisa menghargai orang, mau mendengar, bekerja keras dan selalu bisa menemukan jalan tengah untuk menyelesaikan persoalan di antara berbagai pihak, termasuk orang-orang yang paling menentangnya. Saya ingat ketika saya berada di Gedung Putih, Clinton harus menghadapi pimpinan mayoritas Senat yang ingin memakzulkan suaminya, Presiden Bill Clinton. Tetapi setelah persoalan itu selesai, Clinton bisa menghubunginya dan mengajaknya bicara tentang adopsi, layanan kesehatan dan hal-hal yang bisa dilakukan bersama. Ia terbukti berhasil melakukannya,” ujarnya.
Trump Ajukan Gugatan Hukum di Nevada
Dalam perkembangan lainnya, tim kampanye Donald Trump Selasa pagi mengajukan gugatan hukum di Nevada, karena ada sejumlah TPS yang menambah perpanjangan waktu pemungutan suara. Trump menilai perpanjangan waktu ini “untuk memberi kesempatan kepada para simpatisan Clinton” yang belum sempat memberikan suara mereka. Hakim yang mendengar gugatan hukum di Clark County, Nevada itu langsung menolak permintaan untuk mengamankan barang bukti yang ada, yaitu kertas suara dan mesin penghitung suara. [em]