Warga Afghanistan memilih anggota parlemen baru pada hari Sabtu, meski terjadi serangan roket dan bom dalam pemilu yang dipandang sebagai ujian besar pemerintah melawan Taliban dan korupsi. Menurut Menteri Dalam Negeri Afghanistan, sedikitnya 11 warga sipil dan tiga polisi tewas dalam kekerasan terkait pemilu di Afghanistan.
Pejabat Komisi Pemilu Afghanistan Fazel Ahmad Manawi mengatakan sekitar 40 persen pemilih datang ke TPS, memberikan lebih dari 3,5 juta suara. KPU mengatakan 92 persen dari sekitar 5.800 TPS dibuka meskipun ada ancaman kekerasan oleh Taliban.
Sementara itu, aparat keamanan internasional di bawah pimpinan NATO mencatat lebih dari 300 insiden kekerasan terkait pemilu. Termasuk di antaranya, serangan roket di provinsi Baghlan Utara, Kunar Timur dan Takhar Ttara. Sebuah roket juga menghantam ibukota sebelum TPS dibuka.
Komisi Pengaduan Pemilu mengatakan mereka menerima laporan dugaan penyimpangan, termasuk penundaan pembukaan TPS, penyalahgunaan kartu pendaftaran pemilih, orang yang tidak memenuhi syarat memilih, kekurangan surat suara dan rendahnya kualitas tinta permanen yang digunakan untuk mencegah memilih berkali-kali.
Jutaan Warga Afghanistan Tetap Ikuti Pemilu di Tengah Berlangsungnya Kekerasan
Pejabat Komisi Pemilu Afghanistan Fazel Ahmad Manawi mengatakan sekitar 40 persen pemilih datang ke TPS, memberikan lebih dari 3,5 juta suara.