Kelompok utama pemantau pemilu Afghanistan menyatakan keabsahan pemungutan suara dalam pemilihan anggota parlemen hari Sabtu patut dipertanyakan.
Yayasan Pemilu yang Bebas dan Adil di Afghanistan mengatakan risau akan kualitas pemungutan suara, karena adanya keadaan tidak aman dan keluhan banyaknya penipuan.
Kelompok pemantau pemilu Democracy International mengatakan masih mengumpulkan informasi, dan menambahkan, sangat sulit menilai keberhasilan pemilu yang baru saja selesai itu.
Komisi Keluhan Pemilu Afghanistan telah menerima laporan-laporan tentang ketidak-beresan pemilu, termasuk terlambatnya pembukaan TPS, kekurangan surat-surat suara dan pemalsuan surat-surat pendaftaran.
Tapi ketua Komisi Pemilu Independen, Fazal Ahmad Mainawi mengatakan pemilu itu telah sukses diadakan, dan Sekretaris-Jenderal PBB Ban Ki-moon memuji rakyat Afghanistan karena “keberanian dan keteguhan hati” mereka.
Diplomat tertinggi PBB di Afghanistan, Staffan de Mistura mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa terlalu dini untuk menyatakan apakah pemilu ini berlangsung sukses. Pasukan keamanan internasional yang dipimpin NATO mencatat lebih dari 300 insiden kekerasan terkait pemilu.
Hasil akhir pemilu diperkirakan muncul paling cepat bulan Oktober. Surat-surat suara sementara ini masih berdatangan dari tempat-tempat terpencil di negara ini. Komisi Pengaduan Pemilu Afghanistan menyatakan telah menerima laporan mengenai tuduhan ketidakberesan, termasuk di antaranya penundaan pembukaan TPS, kurangnya kartu suara dan penyalahgunaan kartu pemilih.
Para pemantau pemilu menyatakan jumlah pemilih yang memberikan suara tampaknya sedikit. "Mengapa partisipasinya rendah? Tidak ada yang tahu pasti, tetapi ini mungkin akibat kampanye negatif musuh untuk meneror warga," ujar Menteri Pertahanan Abdul Rahim Wardak kepada wartawan pada Sabtu malam.
