Kafein ada di kopi, teh, soda, minuman energi, bahkan coklat. Kafein adalah salah satu kandungan yang paling banyak dikonsumsi di dunia, dan banyak orang tergantung pada kafein setiap harinya.
"Kafein membuat badan saya lebih enak, terutama kalau saya tidak tidur dengan nyenyak atau setelah bekerja hingga larut malam," ujar pakar neurologi Nora Volkow, direktur National Institute on Drug Abuse, menambahkan "kita tidak sepenuhnya mengerti kenapa."
Jadi ia dan para koleganya di Brookhaven National Laboratory di Upton, New York, memutuskan untuk menyelidiki fenomena ini hingga tuntas dan hasil penelitan mereka mengungkap bagaimana kafein mencegah rasa kantuk dengan mengubah otak kita.
Otak manusia dalam pengaruh kafein
Para peneliti mengerahkan sukarelawan ke laboratorium dan memberikan mereka tablet kafein - setara dengan minum 2 atau 3 gelas kopi yang kental - lalu melakukan pemindaian PET terhadap para sukarelawan dan mengamati aktivitas otak mereka setelah itu.
Seperti halnya sejumlah obat lain, kafein merangsang aktivitas alami zat kimia di otak yang disebut dopamine, yang mengontrol rasa senang di otak.
Obat-obatan seperti kokain dan amphetamine membanjiiri otak dengan dopamine, yang dapat membuat orang kecanduan. Tapi Volkow menemukan bahwa kafein bekerja dengan sedikit berbeda. Kafein menambah jumlah reseptor di otak yang dapat menerima molekul dopamine, yang membuat seseorang meresa lebih segar dan bersemangat.
"Ini, menariknya, berlawanan dengan apa yang terjadi bila seseorang kekurangan tidur," ujar Volkow, menjelaskan bahwa bila seseorang kekurangan tidur untuk satu malam saja, jumlah reseptor dopamine seseorang turun. Hal yang sama terjadi saat kita merasa lelah di sore hari, yang dapat diblokir oleh kafein untuk mencegah rasa kantuk.
Apakah kafein dapat membuat orang ketagihan?
Tapi bila kafein mengubah otak kita dan mempengaruhi molekul yang sama dengan kokain, apakah kafein dapat membuat orang kecanduan?
Tidak, menurut Volkow. "Kenyataannya kafein tidak memproduksi pola yang sama dengan obat-oabatan lainnya yang dapat menghasilkan konsekuensi buruk, jadi, dengan itu, kafein tidak membuat kecanduan dalam artian yang sama."
Walaupun begitu, Laura Juliano, seolah psikolog klinis dari American University, memperingatkan bahwa bila berlebihan, kafein dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berfungsi sehari-harinya. Ia menambahkan bahwa dampak negatif bisa muncul bila mereka berhenti minum kafein - seperti sakit kepala, mual, gejala mirip flu dan keletihan yang berlebihan.
Dampak berhenti minum kafein ini sering salah didiagnosa sebagai gejala lain. Juliano mengatakan dibutuhkan riset lebih lanjut agar dokter dapat mengenali konsumsi kafein yang berlebihan sebagai penyakit tersendiri.
Dalam jumlah yang tidak berlebihan, kafein telah dibuktikan memiliki berbagai dampak kesehatan jangka pendek dan jangka panjang. Riset baru-baru ini menunjukkan bahwa kafein dalam jumlah sedang dapat mencegah penurunan kemampuan kognitif dan penyakit Alzheimer di kemudian hari.
Jadi, silakan minum secangkir kopi lagi!