China mungkin salah satu pasar terbesar di dunia dan negara yang tidak kekurangan potensi, namun juga merupakan tempat yang semakin sulit untuk menjalankan bisnis. Paling tidak, itulah hasil kesimpulan survei baru yang dilangsungkan Kamar Dagang Amerika Serikat di China.
Dalam kajian tahunan terbarunya, badan pelobi bisnis AS ini mendapati hingga sekitar 81 persen anggotanya merasa tidak mendapat sambutan hangat.
Perusahaan-perusahaan yang melangsungkan bisnis di sana mengatakan, tidak hanya biaya berbisnis yang meningkat di China, tapi juga ketidakkonsistenan dan ketidakjelasan regulasi serta proteksionisme yang meningkat, yang membakar rasa pesimisme itu.
William Zarit, ketua Kamar Dagang AS di China mengatakan, ada sejumlah kebijakan di China yang membuat perusahan-perusahaan Amerika semakin sulit menjalankan bisnis di sana. Ia juga mengatakan, kecenderungan yang lebih mengutamakan perusahan-perusahaan China juga menjadi keprihatinan yang tak berkesudahan.
Perasaan kurang disambut dan melambatnya ekonomi China telah melemahkan minat investasi di China. Semakin banyak perusahaan tidak memprioritaskan ekonomi terbesar kedua di dunia itu sebagai tujuan investasi.
Menurut survei itu, dari 2012 hingga saat ini, prosentase perusahaan yang menempatkan China sebagai salah satu dari tiga tujuan investasi global terbesar mereka telah menurun dari puncaknya, 78 persen, menjadi 56 persen. [ab/as]